kievskiy.org

Orang ITB dalam Fiksi Sunda

Karya Rustandi.
Karya Rustandi. /DOK. Hawe Setiawan

PIKIRAN RAKYAT - Pak Iwan Pranoto, pakar matematika dan pemerhati pendidikan, mengajak saya ke dalam sebuah forum daring sehubungan dengan genapnya seabad usia ITB, perguruan tinggi yang dulu dikenal sebagai Sekolah Tinggi Teknik di Bandung (Technische Hogeschool te Bandoeng).

Segera saya teringat kepada dua novel berbahasa Sunda karya almarhum Mh. Rustandi Kartakusuma (1921-2008), yakni Mercedes 190 dan Sabobot Sapihanéan Sabata Sarimbagan (Seiring Sejalan, Seia Sekata). Dalam kedua novel tersebut mahasiswa, dosen, dan alumnus ITB hadir sebagai tokoh cerita.

Dari Mang Dadan Sutisna, pengarang yang mendata publikasi Sunda, saya tahu bahwa kedua novel itu pada mulanya diumumkan sebagai cerita bersambung.

Mercedes 190 dimuat dalam majalah Manglé pada 1966 sedangkan Sabobot Sapihanéan Sabata Sarimbagan — selanjutnya kita sebut Sabobot saja — dimuat dalam majalah Gondéwa dari Juni hingga Desember 1972.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Pertama yang Dilihat Ungkap Bahasa Cinta yang Tersembunyi

Sekarang kita dapat membaca kedua karya tersebut dalam bentuk buku. Mercedes 190 diterbitkan oleh Girimukti Pasaka pada 1993 sedangkan Sabobot diterbitkan oleh Kiblat Buku Utama pada 2018.

Mercedes 190 sangat terkenal pada zamannya. Ruangan surat pembaca Manglé No. 115 (30 Juni 1966), yang dipenuhi komentar atas cerita itu, dikasih tajuk “Génjlong Mercedes 190 (Heboh Mercedes 190)”.

Sebuah artikel dalam Manglé No. 1000, sekian tahun setelah publikasi Mercedes 190, menyebutkan bahwa cerita itu “kungsi ngageunjleungkeun sa-Tatar Sunda (menghebohkan Tatar Sunda)”.

Sabobot, yang muncul sekitar enam tahun setelah Mercedes 190, seakan hendak mengulangi kegemparan itu dengan pola penokohan yang dapat dikatakan sebangun. Namun, seperti biasanya, masterpiece memang tidak bisa berulang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat