PIKIRAN RAKYAT - Sabu atau di secara global disebut amphetamine type stimulants (ATS) dalam Undang-Undang No. 35 digolongkan pada narkotika golongan 1. Golongan ini digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Di Luar itu, penggunaannya dapat berdampak pada pemidanaan.
Beberapa penelitian mencatat penggunaan sabu secara global menempati urutan kedua setelah ganja. Penelitian di Indonesia juga menunjukkan tidak berbeda. Misalnya dalam beberapa survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan bahwa ganja menjadi jenis narkoba yang paling sering disalahgunakan dalam setahun terakhir. Disusul kemudian sabu.
Survei BNN dapat dibuktikan salah satunya dengan pengungkapan kasus-kasus besar peredaran gelap narkoba di Indonesia. Sabu dan ganja seringkali diberitakan menjadi dua jenis narkoba dengan barang bukti puluhan bahkan ratusan kilogram.
Diberitakan beberapa media, Pangkalan TNI Angkatan Laut Lhokseumawe, Aceh, menggagalkan penyelundupan sabu seberat 45 kg. Rencananya sabu tersebut akan diselundupkan ke Aceh melalui Pantai Meuraksa.
Baca Juga: Penggolongan SIM Segera Diberlakukan, Berikut Syarat untuk Memiliki SIM CI dan CII
Terbaru, Kepolisian Resor Kota Besar Makassar merilis pengungkapan kasus jaringan peredaran narkotika dan obat terlarang dengan mengamankan barang bukti sabu seberat 43,6 kilogram dan beberapa jenis narkoba lainnya.
Pasokan yang begitu melimpah mengindikasikan bahwa penyalahgunaan jenis narkoba tersebut sangatlah banyak. Dari berbagai kalangan. Lintas usia, lintas profesi dan lintas strata sosial.
Hedonisme vs Masalah Kesehatan Mental
Sebuah studi terkait sabu di beberapa negara Eropa yang dipublikasikan di Harm Reduction Journal tanggal 12 April 2022, telah mencatat bahwa motif seseorang menyalahgunakan sabu adalah hedonisme dan permasalahan kesehatan mental.
Baca Juga: Prediksi Napoli vs Juventus di Liga Italia: Head to Head, Statistik Tim, hingga Starting Lineup