kievskiy.org

Menilik Penyebab Perundungan Peserta Didik, 3 Kesalahan yang Jadi Pemicu

Ilustrasi perundungan.
Ilustrasi perundungan. /pexels/mikhail nilov pexels/mikhail nilov

PIKIRAN RAKYAT - Perundungan peserta didik di sekolah-sekolah yang marak terjadi saat ini, dugaan disebabkan tiga hal. Secara teoritis ada tiga peluang terjadi kesalahan di dalam tugas mendidik. Yaitu: kesalahan teknis, kesalahan konsep, dan kesalahan kepribadian (Pribadi, S, 1979).

Kesalahan teknis adalah kurang terampil dalam melaksanakan pembelajaran yang baik. Misal dalam pelaksanaan interaksi dengan peserta didik tidak terjadi kontak pandang psikologis yang dirasakan peserta didik terjadi jalinan kasih sayang yang ikhlas sehingga merasa terpenuhinya kebutuhan peserta didik.

Kesalahan konsep yaitu berbagai konsep-konsep ilmu pendidikan dan ilmu keguruan diinterpretasikan secara keliru. Misal konsep kondisi peserta didik dalam kondisi final yang penuh dengan berbagai potensi, didefinisikan sebagai ‘wadah kosong’ yang dapat diisi dengan ilmu dan berbagai tugas pengetahuan sebanyak mungkin, sehingga peserta didik diinterpretasikan sebagai manusia yang dapat “dibentuk” menurut kehendaknya.

Kesalahan kepribadian yaitu memiliki sumber dan struktur kepribadian yang menyimpang. Misal memiliki perangai agresif, egois, depresif/murung, cemas, frustasi, hedonis, dan sejenisnya atau yang dalam hatinya tidak berkeinginan, tidak berhasrat, tidak bercita-cita menjadi guru, tetapi ia sekarang sebagai guru.

Baca Juga: Mau sampai Kapan Kita Dibuat Geleng-Geleng Kepala Soal Data Kebiasaan Membaca di Indonesia?

Dampak

Peluang kesalahan tersebut akan menunjukkan profil penampilan kewibawaan lemah dengan tidak mampu mengendalikan proses belajar mengajar, sehingga cenderung menggunakan kekuasaan dan memanipulasi penampilan agar dipercayai oleh peserta didiknya. Misal, program kegiatan tak terjadwal, ulangan mendadak, berlebihan penugasan, PR, tugas menyalin, dan penugasan lainnya. Yang demikian itu, dapat memberikan akses menurunnya moralitas siswa, seperti tawuran, perundungan, dan lainnya.

Padahal seyogianya indikasi kepiawaian mengajar tampil berwibawa. Penampilan kewibawaan memberikan kontribusi cukup besar terhadap hasil pendidikan bermutu serta dapat mewakili sumber norma yang dipercayai peserta didik sebagai teladan perilaku yang dicita-citakannya. Kewibawaan pun tampak dalam upaya berasosiasi atau berimprovisasi mengaitkan materi pelajaran dengan peristiwa dan fenomena sehari-hari atau lingkungan peserta didik sendiri. Sehingga pembelajaran pun tidak “kering”, bahkan menjadi tempat menyenangkan untuk belajar.

Peluang kesalahan tersebut tidak boleh terjadi, kalau pun terjadi harus dieliminir, dicegah. Sialnya, kesalahan tersebut tidak dapat dicegah dengan cara menaikkan tingkat kesejahteraan/penghasilan. Andai kata kesalahan itu terus berlangsung, khawatir ada pihak masyarakat berhadapan langsung menghujat yang berbuat “salah” tersebut.

Peluang kesalahan itu hanya dapat diatasi dengan iktikad baik dan mau meningkatkan wawasannya. Sehingga perbuatan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan yuridis. Upaya menghindari peluang kesalahan, di antaranya dengan melaksanakan: (1) penciptaan suasana pengajaran yang manusiawi seperti tidak memaksakan kehendaknya, tidak menyakiti siswa, tidak berperilaku yang menyebabkan siswa takut atau jenuh berada di kelas, (2) pengambilan putusan yang adil dan hikmat bijaksana, dan (3) pemberian materi pengajaran yang mengandung muatan atau pesan-pesan nilai/moral yang kelak bagi siswa mampu menuntun perilaku dalam sepanjang kehidupannya secara bermoral.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat