kievskiy.org

Kredibilitas Prabowo-Gibran Bisa Merosot, Syahwat Kekuasaan Lumpuhkan Akal Sehat

Spanduk Prabowo dan Gibran.
Spanduk Prabowo dan Gibran. /Antara/Galih Pradipta

PIKIRAN RAKYAT - Dalam sejarah pemilihan presiden dan wakil presiden (Pilpres) di Indonesia, Pilpres 2024 tampaknya akan menjadi yang paling dramatis dan kontroversial. Gejala-gejalanya sudah mulai terlihat.

Sejauh ini, dari semua isu Pilpres 2024, penetapan putra Presiden Joko Widodo sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden (cawapres) oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) adalah yang paling menghebohkan. Berbagai tudingan telah disematkan para pengamat politik, praktisi politik, dan masyarakat luas terkait fenomena itu.

Misalnya, soal politik dinasti, politik Machiavelli, kultus individu (terhadap Jokowi), pelanggaran konstitusi, dsb. Satu pertanyaan mencuat: Bagaimana mungkin para ketua partai politik dalam KIM begitu manut terhadap keputusan itu?

Dalam politik, tak ada kawan dan musuh yang abadi, melainkan kepentinganlah yang abadi. Namun, bagaimana mungkin para ketua partai politik dalam KIM manut terhadap keputusan itu, seolah kerbau-kerbau yang hidungnya dicocok?

Baca Juga: Pilpres 2024, Selera Rakyat Harus Dinaikkan Agar Terpilih Pemimpin Berkualitas

Gejala Groupthink

Syahwat kekuasaan yang bergolak tampaknya telah melumpuhkan pikiran mereka untuk menafsirkan bahwa keputusan mereka sejatinya mempromosikan induk dari segala politik dinasti di Indonesia yang bertentangan dengan prinsip meritokrasi dan keadilan.

Penetapan Gibran sebagai cawapres boleh jadi sejenis keputusan kolektif yang oleh Irving Janis disebut groupthink. Dalam bukunya, Victims of Groupthink: A Psychological Study of Foreign Decisions and Fiascoes (1972, 1982), Janis mendefinisikan groupthink sebagai model berpikir sekelompok orang yang padu dan menetapkan keputusan bulat, tetapi dengan mengabaikan pilihan-pilihan lain yang lebih realistis dan legal secara hukum. Bagi Janis, keputusan demikian merupakan kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan tekanan kelompok.

Bakal calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.
Bakal calon wakil presiden Gibran Rakabuming Raka.

Janis menandai groupthink dengan delapan gejala berikut.

  1. Ilusi kekebalan
  2. Pembenaran atas keputusan yang diambil
  3. Keyakinan atas keunggulan moral kelompok
  4. Stereotipe terhadap kelompok luar (saingan) sebagai bodoh, lemah dan jahat
  5. Tekanan langsung pada anggota kelompok yang berbeda pendapat
  6. Sensor-diri
  7. Ilusi kebulatan suara
  8. Munculnya para pembela keputusan kelompok (mindguard) yang juga melindungi pemimpin kelompok dari informasi yang tak diinginkan.

Suatu kasus yang ditelaah berdasarkan teori groupthink adalah meledaknya pesawat ulang-alik Challenger, 28 Januari 1986. Tragedi yang menewaskan tujuh astronotnya di atas Cape Carnival, AS, bukan hanya bencana teknis (cincin-cincin O tidak terpasang pada tempatnya), melainkan juga karena kegagalan komunikasi dalam bentuk groupthink.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat