kievskiy.org

Kehancuran Suatu Bangsa Jika Salah Pilih Pemimpin

Ilustrasi pemimpin.
Ilustrasi pemimpin. /Pixabay/Pexels

PIKIRAN RAKYAT - Kontestasi pemilihan presiden dan wakilnya menjelang tanggal 14 Februari 2024 konstelasinya semakin memanas—terutama pascadebat calon presiden yang ketiga—dan semakin menunjukkan jati dirinya baik secara individu, maupun kapasitasnya sebagai calon pemimpin bangsa.

Gesekan tak terhindarkan dari konsekuensi sistem demokrasi yang kita anut. Walau kemudian masih didapati terjadinya distorsi yang kebablasan, misalnya ada diksi pengancaman pembunuhan terhadap salah satu calon presiden, ada kecenderungan ‘menyerang’ pribadi calon presiden, tidak pada program dan kebijakannya, tidak hanya negative campaign tetapi juga sudah mengarah black campaign.

Peran Akal Sehat

Pada konteks pemilihan presiden ini, siapa yang akan menjadi presiden itu menjadi sesuatu yang tidak penting, tetapi yang jauh lebih penting apakah seseorang yang akan kita pilih menjadi pemimpin memiliki kriteria yang ‘layak’ untuk menjadi pemimpin.

Di sini, rasio, akal sehat—yang tidak melulu mendasarkannya pada emosi atau suka tidak suka—menjadi sesuatu yang perlu menjadi bahan pertimbangan. Karena salah memilih pemimpin konsekuensi yang harus ‘dibayar’ sangat mahal. Kalau bangsa ini ingin maju, setara, dengan bangsa-bangsa lain atau sebaliknya kita akan mengalami keterpurukan, termarjinalkan dan mengalami stagnasi jika dikomparasikan dengan bangsa-bangsa lain—di tingkat dunia maupun regional—yang semakin kompetitif.

Baca Juga: Pemilu dan Kalangan Muda: Seperti Apa Kriteria Pemimpin yang Ideal?

Kriteria Seorang Pemimpin

Mengamati sepak terjang calon pemimpin bangsa kita—yang berkontestasi pada tahun 2024 ini—sudah semakin kentara dari pemaparan gagasan, pemikiran, visi-misinya, dan gimik serta merespons berbagai problem kondisi bangsa ini.

Secara teoretik ada beberapa kriteria yang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melihat kapasitas kelayakan seseorang dipilih menjadi seorang pemimpin.

Warren Bennis misalnya yang juga dikutip oleh Syafii Antonio menyebut kriteria; visioner (guiding vision), berkemauan kuat (passion), integritas (integrity), amanah (trust), rasa ingin tahu (curiosity), dan berani (courage).

Sementara dalam Megaskills of Leadership karya Burt Nanus menyebut kriteria
seorang pemimpin; berpandangan jauh ke depan, menguasai perubahan, desain organisasi, pembelajaran antisipatoris, inisiatif, penguasaan interdependensi dan standar integritas yang tinggi. Serta pandangan James O’Toole dalam Characteristics of Values-Based Leader tidak jauh berbeda dengan menyebut tiga kriteria; integrity, trust, dan listening.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat