kievskiy.org

Menguak Dampak Media Massa di Era Politik Kontemporer

Ilustrasi media massa.
Ilustrasi media massa. /Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Peranan media massa dalam berbagai bidang kehidupan sejak lama diyakini memiliki pengaruh yang kuat terhadap khalayaknya, media massa dinilai memiliki kekuatan dan daya pengaruh yang besar sehingga dianggap sebagai kekuatan keempat setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Itu sebabnya, media massa dan insan pengelolanya termasuk para jurnalis amat sangat disegani bahkan 'ditakuti' oleh pihak-pihak tertentu karena pemberitaannya memiliki daya ktitik dan pengaruh yang besar terhadap khalayaknya. Fenomena ini ini bukan hanya terjadi di negeri kita tetapi di seluruh pelosok penjuru dunia.

Banyak referensi yang mengungkapkan tentang daya pengaruh media massa ini terhadap khalayaknya karena dianggap memiliki andil dalam peraihan atau anjloknya suara hasil pemilu. Dunaway (2020), Graber (2020), Wolsfeld (2022), Blunber (2023), Mc.Combs (2020) adalah para akademisi yang banyak menulis tentang peranan media massa dalam bidang politik ini.

Fungsi kritik media massa pun mampu merubah sebuah kebijakan bahkan menurunkan seorang seorang pejabat, bahkan seorang presiden pun bisa dijatuhkan oleh pemberitaan media massa.

Film All The President’s Men produksi tahun 1976, yang mengisahkan tentang kisah nyata jatuhnya Presiden AS Richard Nixon oleh investigasi dua orang jurnalis koran The Washinton Post merupakan salah satu bukti kehebatan pengaruh media massa.

Daya pengaruh pers yang luar biasa ini disadari oleh penguasa Orde Baru sehingga Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia membatasi ruang gerak media massa. Saat dia berkuasa, media massa dikontrol sangat ketat. Media televisi hanya boleh ada satu, yakni TVRI.

Televisi swasta muncul pada era 80-an, itu pun pemiliknya adalah putra putri dan kerabat dekat presiden. RCTI (dimiliki putra sulung Soeharto, Bambang Trihatmodjo), TPI (putri terbesar, Mbak Tutut), SCTV (Pengusaha Soedwikatmono, kerabat dekat Soeharto), dan Indosiar milik taipan Soedono Salim yang dekat dengan istana. Semua acaranya dikontrol melalui Departemen Penerangan.

Selama Soeharto berkuasa, daya kritik media cetak juga dibatasi. Semua Pemred koran besar ibukota dijadikan anggota MPR, pimpinan atau pemilik koran daerah diangkat jadi anggota DPRD tingkat provinsi. Semuanya menjadi anggota fraksi Golkar. Begitu pun dengan para ketua PWI, dijadikan anggota legislatif atau DPRD untuk PWI di daerah. Dengan cara seperti ini, pers menjadi mandul, tidak berani untuk melaksanakan fungsi kontrol sosial sehingga Orde Baru bisa bertahan selama 32 tahun.

Lembaga Pers Masa Kini

 Ilustrasi televisi atau TV.
Ilustrasi televisi atau TV.
Namun saat ini telah terjadi pergeseran tentang pengaruh media massa, khususnya televisi. Media televisi seperti kehilangan daya pengaruh dibanding seperempat abad lalu ketika Reformasi 98 ikut menurunkan Soeharto sebagai presiden yang sudah berkuasa selama 32 tahun.

Lemahnya pengaruh media massa saat ini boleh jadi disebabkan berbagai hal, termasuk semakin cerdasnya khalayak media massa sehingga tidak mudah terpengaruh serta berubahnya pola penggunaan media oleh khalayak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat