kievskiy.org

Saatnya Menyudahi Eksploitasi Alam dan Berpihak pada Keberlanjutan Ekologis

Ilustrasi kerusakan lingkungan.
Ilustrasi kerusakan lingkungan. /Pixabay/Enrique Pixabay/Enrique

PIKIRAN RAKYAT - Apa yang kita bayangkan ketika kehancuran lingkungan terjadi, ekosistem bumi yang terancam, krisis iklim di depan mata. Peradaban bangsa berubah, pendekatan negara dalam memandang aspek pembangunan menjadi ekstraktif. Tantangan yang sedang kita hadapi di tengah geliat negara sedang mempersiapkan Indonesia Emas 2045.

Pada konteks ini geliat pembangunan yang ditopang kapitalisme tanpa aturan telah merusak ekosistem bumi, sehingga kerusakan ini menimbulkan serangkaian masalah multidimensi. Minimnya ruang partisipasi publik, menghilangkan hak kesetaraan bagi sesama dan ancaman bagi keberlanjutan ekologis.

Shiva & Mies (2005) mengkritisi konsep yang dipakai oleh beberapa negara dunia ketiga. Kecenderungan negara dunia ketiga seperti seperti Indonesia memakai pendekatan yang mengeksploitasi alam dengan dalih pembangunan dan mengejar ketertinggalan ekonomi.

Sistem kapitalisme yang telah menjangkit di berbagai negara berkembang memaksa pendekatan ini digunakan. Atas nama pembangunan eksploitasi dibenarkan, atas nama kemajuan kerusakan ekosistem lingkungan bisa diganti dengan nominal dan mengubah suatu peradaban bangsa.

Benturan itu kerap terjadi pada realitas manusia, di samping lain kita membutuhkan kemajuan baik dalam tingkat pembangunan yang bisa menunjang pertumbuhan suatu negara, di sisi yang lain sistem ekonomi kapitalisme yang serampangan mencerabut nilai-nilai budaya di suatu bangsa.

Kekuatan kapital yang mendorong kekuasaan agar mencederai eksistensi alam sebagai satu entitas yang harus terjaga, memaksa kekuatan kapital merusak. Kebutuhan untuk terus mengeksploitasi menyuburkan kapitalisme terus mengakumulasi dan mengekspansi. Semakin intensifnya pendekatan ini dilakukan mengancam ruang dan sumber daya alam semakin tergerus, potensi ini akan berimplikasi menjadi krisis berkepanjangan.

Pengorbanan besar tentu harus ditempuh, di tengah geliatnya kekuatan modal yang terus masuk ke negara berkembang seperti Indonesia. Ada kepentingan lain yang saling terbentur. Geliat kekuatan modal akan saling menarik dengan kepentingan kelestarian lingkungan. Konsekuensi ini menjadi pertaruhan yang mesti ditempuh oleh kekuasaan, pemilik modal dan mereka yang secara konsisten para pejuangan lingkungan.

Dusta

Menurut Candraningrum, secara harfiah antroposen (anthropocene) dapat diartikan sebagai zaman manusia. Istilah ini berkembang sebagai zaman geologis baru yang umumnya berlangsung hingga tahun 1950-an. Ditandai dengan transisi dalam urgensi manusia sebagai respons manusia.

Sumber kekacauan ekosistem di muka bumi ini bermula dari paradigma yang mengatakan bahwa manusia sebagai pusat dari satu peradaban. Antroposentris memandang tidak ada makhluk di muka bumi yang lebih tinggi selain manusia itu sendiri. Akibatnya, alam kehilangan kendali atas kedaulatannya untuk bertumbuh pada ekosistem yang utuh.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat