kievskiy.org

Hari Gizi Nasional, Prevalensi Anemia pada Remaja Masih Tinggi, Harus Bisa Ditekan

Program School Lunch Program (SLP) menyediakan makan siang dengan gizi seimbang untuk para santri di pesantren di Bogor, Jawa Barat.
Program School Lunch Program (SLP) menyediakan makan siang dengan gizi seimbang untuk para santri di pesantren di Bogor, Jawa Barat. /Pikiran-rakyat.com/Satrio Widianto

PIKIRAN RAKYAT - Hari Gizi Nasional yang diperingati tanggal 25 Januari setiap tahun selalu menjadi momentum untuk mengentaskan permasalahan gizi di Indonesia. 

Namun, faktanya hingga kini permasalahan gizi seperti stunting, wasting, obesitas, dan kurangnya konsumsi zat gizi mikro yang berujung pada anemia, selalu masih menjadi permasalahan gizi utama di Indonesia.

Angka penderita anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. 

 Baca Juga: Heboh Granat Ditemukan Tim Gober Petugas Kebersihan di Bandung, Diduga Masih Aktif

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 persen, artinya tiga sampai empat dari 10 remaja menderita anemia.

"Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya aktivitas fisik. Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik dengan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan ibu hamil," kata Plt Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi.

Dia mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya pencegahan melalui intervensi spesifik dalam pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan ibu hamil.

 Baca Juga: Presiden Jokowi: Vaksinasi Covid-19 untuk Masyarakat pada Pertengahan Februari

“Kemenkes juga melakukan penanggulangan melalui edukasi dan promosi gizi seimbang, fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta penerapan hidup bersih dan sehat,” kata Kartini pada puncak peringatan Hari Gizi Nasional.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat