kievskiy.org

Jokowi Butuh Loyalis Saat Tahun Politik, Orang Parpol Bisa Geser Para Ahli di Kabinet

Ilustrasi politik.
Ilustrasi politik. /Pixabay/RickJbrown

PIKIRAN RAKYAT - Pertengahan tahun 2022 Indonesia sudah masuk tahun politik. Pendaftaran partai politik akan dimulai. Pa­dahal, Presiden Jokowi masih bekerja sampai 2024.
 
Untuk bekerja hingga akhir, Jokowi membutuhkan kabinet yang loyal kepadanya, juga profesio­nal dan berkompeten, plus me­miliki legitimasi di mata publik.
 
Dengan alasan itulah, sudah sepantasnya Jokowi melaku­kan reshuffle. Pengamat politik dari FISIP Universitas Padja­djaran Firman Manan menga­takan, ada beberapa ukuran yang dapat dijadikan pertimbangan Jokowi mengganti pembantunya tersebut. Contoh­nya dengan mengevaluasi kinerja menterinya.
 
”Menteri dengan performa belum optimal, ber­po­tensi terkena reshuffle,” ucapnya, Minggu 27 Maret ­2022.
 
 
 
Menteri dengan ki­nerja bagus juga dapat diganti, yakni menteri yang tidak mampu menjalankan arahan presiden. Firman memberi contoh, menteri yang tidak bisa menye­rap penggunaan anggaran.
 
”Pas­ti kena reshuffle karena dalam beberapa kesempatan, Presiden sudah memberi warning walau kerjanya bagus, tapi arahan Presiden tidak diperhatikan, tiada ampun kena evaluasi dan reshuffle,” ucapnya.
 
Hanya, Firman menggarisba­wahi bahwa reshuffle bukan soal me­raih kepercayaan publik. Berdasarkan hasil survei, ting­kat kepercayaan publik terhadap Jokowi mencapai 67 persen. Jadi, kecil peluang re­shuffle untuk meraih kepercayaan publik.
 
Faktor paling logis, kata Firman, reshuffle bertujuan memperkuat soliditas partai politik koalisi. Sudah jadi kelaziman apabila parpol koa­lisi diberi kursi di kabinet.
 
 
Parpol yang memiliki kursi banyak di DPR pasti dapat kursi lebih banyak di kabinet seperti PDIP, Golkar, dan Nas­dem. Lalu, parpol yang bergabung belakangan meski memiliki kursi banyak ti­dak dijamin dapat mendapat kursi banyak di kabinet.
 
”Lihat saja Gerindra, karena baru bergabung belakang­an, baru mendapat dua kursi di kabinet,” kata Firman.
 
Untuk kepentingan memperkuat soliditas itu, kata Firman, PAN berpeluang dimasukkan ke kabinet. Karena sudah kelaziman, anggota parpol koalisi akan menda­patkan kursi.
 
Firman menyebut, hal itu sebagai persoalan keseimbangan untuk memberi kursi bagi anggota parpol koalisi. Namun, posisi menteri apa yang akan diisi PAN?
 
Loyalitas didahulukan
 
Sebetulnya, komposisi perwakilan parpol di kabinet saat ini sudah relatif seimbang. Namun, kata Firman, jika memasukkan PAN, kemungkinan besar yang ter­ge­ser adalah menteri dari luar partai.
 
”Menteri dari nonpartai yang mungkin tergeser tapi bisa juga tiba-tiba ada penambahan berdasarkan subjektivitas Presiden yang se­ring kali unpredictable,” ucapnya.
 
Beberapa posisi yang ber­peluang diganti, kata Firman, ada Kementerian Perhubungan, Kementerian ­ESDM, dan beberapa posisi wakil menteri yang strategis seperti di Kementerian ESDM Investasi dan Kope­rasi.
 
Selain itu, mungkin juga di Kementerian Perdagangan dan PUPR karena alasan kesehatan Menteri Basuki.
 
Kementerian Dalam Ne­geri bisa dipertimbangkan untuk diganti. Firman me­ngatakan, publik memperta­nya­kan kualitas Menteri Tito Karnavian dalam menangani agenda pemilu serentak.
 
”Saya tidak tahu, apakah kemudian Pak Tito dinilai cukup mampu menangani, termasuk pengisian pejabat sementara. Bisa saja yang menjadi back up diisi wakil menteri dalam negeri yang dipilih dalam konteks profesional,” katanya.
 
Firman mengatakan, kecil kemungkinan mengganti menteri dari parpol karena tahun politik ini banyak yang dipertaruhkan, termasuk per­­soalan keluar dari pandemi.
 
Jokowi harus punya anggota kabinet loyal, orang-orang kompeten dan memiliki legitimasi di mata publik.
 
”Saya tidak bisa memba­yang­kan Presiden mengambil langkah ekstrem mengganti menteri dari parpol dengan profesional. Kalau dilakukan, bisa menambah ma­salah, bahkan bisa berkurang dukungan DPR.
 
Selama ini, hubungan de­ngan DPR relatif berhasil seperti untuk UU IKN dan Ciptaker, salah satu andilnya dari soliditas menteri di DPR,” ujar Firman.
 
Akademisi Universitas Padjadjaran Ferry Hadiyanto pun menilai, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Jokowi, yakni merealisasikan IKN, menye­lesai­kan janji-janji, serta mengharmonisasi parpol menuju 2024.
 
Jokowi berusaha agar tim tetap so­lid. Soliditas menjadi per­hati­an. Jika hal itu tidak terjaga, dikhawatir­kan berimbas pada sejumlah target terakhir yang bisa ti­dak terselesaikan, terutama IKN.
 
”Jadi isu-isu yang digulir­kan digunakan agar tim men­teri tetap solid. Termasuk isu reshuffle untuk me­mastikan loyalitas menteri untuk pencapaian IKN,” katanya.
 
Ekonomi mikro
 
Terkait kinerja per­ekonomian Indonesia, Ferry berpendapat, performa ekonomi Indonesia saat ini justru sudah sesuai dan terus menunjukkan pemulihan. Na­mun, ia tak menampik, kecepatannya belum secepat negara lain.
 
Hanya, ia mengemukakan, kondisi Indonesia berbeda dengan negara lain. Di Indo­nesia, pandemi Covid-19 sa­ngat dirasakan dampaknya oleh masyarakat menengah ke bawah dan penduduk di garis kemiskinan.
 
Dari sisi mikro, penduduk Indonesia bukanlah masya­rakat yang gemar menabung sehingga ketika mengalami shock seperti saat pandemi, langsung terhantam karena tidak memiliki tabungan yang mencukupi.
 
”Ketika ingin memulai lagi, itu tidak mudah. Makanya kenapa recovery seolah lam­bat tapi sebetulnya kita sudah on the right track. Kita memang punya persoalan fundamental ekonomi secara mikro yang kurang baik,” kata­nya.
 
Ferry mengakui, pe­mulihan yang terjadi sedikit ternoda dengan kenaikan harga berbagai komoditas karena beragam hal. Namun, hal tersebut terjadi karena belum adanya kesamaan sudut pandang antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
 
Padahal, pascadesentrali­sasi, ada pembagian peran antara pemerintah pusat de­ngan pemerintah daerah da­lam pembangunan ekonomi. Namun, pembagian peran tersebut belum disadari secara penuh oleh pemerintah daerah.
 
”Perlu pemahaman visi dan perspektif yang sama bahwa indikator makro regional dae­rah berkontribusi terdahap indikator makro nasional,” ujarnya. (Dewiyatini, Yulistyne Kasumaningrum)*** 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat