kievskiy.org

Tragedi 1998 di Mata Korban: Kisah yang Enggan Dibuka karena Penuh Trauma

Iliustrasi - Sejumlah mahasiswa menari dan bergembira di halaman gedung MPR/DPR RI usai pengumuman pengunduran diri Presiden Soeharto di Jakarta, Kamis 21 Mei 1998.
Iliustrasi - Sejumlah mahasiswa menari dan bergembira di halaman gedung MPR/DPR RI usai pengumuman pengunduran diri Presiden Soeharto di Jakarta, Kamis 21 Mei 1998. /Antara Foto/Oscar Motuloh

PIKIRAN RAKYAT - Meski belum lahir pada saat Tragedi 1998 terjadi, seorang Gen Z bercerita bagaimana kejadian itu berdampak pada keluarganya. Pekerja lepas desain grafis kelahiran 2000, Neysa Vania masih mengingat beberapa kisah yang diceritakan oleh keluarganya mengenai insiden-insiden pada saat itu.

Sebuah cerita yang paling dia ingat adalah ketika toko kelontong milik tantenya dijarah habis-habisan oleh massa.

"Pada saat Mei 1998, toko kelontongnya dijarah. Jadi semua jualannya seperti beras, air, telor, semua itu ludes. Jadi benar-benar toko kelontongnya dijarah... tapi untungnya satu keluarga aman," tutur Neysa Vania.

Dia mengatakan, kedua orangtuanya pada saat itu berlindung di bank tempat mereka bekerja. Ibunya berhasil pulang ke rumah dengan bantuan sopir angkot yang mengantarkannya lewat jalan tikus.

"Dia melihat orang-orang membawa pisau, membawa senjata, semua dibakar. Pada saat itu mama saya hanya berpikir, kalau bisa pulang selamat dengan mentalnya masih sehat, itu sudah bersyukur banget. Dan saya tidak bisa membayangkan se-menakutkan apa kejadian itu," kata Neysa Vania.

Walau begitu, dia mengaku orangtuanya jarang membahas apa yang terjadi dalam Tragedi 1998 dengannya. Mereka hanya akan membicarakan hal itu jika sang putri bertanya.

Neysa Vania juga terkadang merasa enggan untuk bertanya tentang apa yang terjadi pada 1998, karena tidak ingin mengungkit trauma.

"Banyak generasi saya lahir setelah itu. Mereka enggak tahu apa-apa. Dan terkadang keluarganya juga tidak mengangkat itu karena trauma, karena memang menakutkan. Mereka tidak merasa bahwa menceritakan suatu hal yang sangat menakutkan itu akan berguna untuk saya ke depannya," ujarnya.

Detail yang Luput dari Penjelasan

Karyawan swasta yang juga kelahiran 2000, Azaria Kurnia sering mendengar kisah dari orangtuanya yang pada saat itu hendak menggelar resepsi pernikahan di sebuah restoran pada Mei 1998. Namun akibat kerusuhan yang saat itu terjadi, mereka terpaksa menundanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat