kievskiy.org

Orang Tionghoa Jadi Korban Kerusuhan Mei 1998: Jejak Luka yang Terus Berdarah dan Menelisik Akar Masalah

Ilustrasi tragedi 1998.
Ilustrasi tragedi 1998. /Antara

PIKIRAN RAKYAT - Kerusuhan Mei 1998 masih menyisakan luka bagi orang-orang yang mengalaminya. Meski sudah lebih dari 20 tahun berlalu, kerusuhan yang terjadi pada 13-15 Mei 1998 tersebut nyatanya masih membekas, terutama bagi etnis Tionghoa.

Pasalnya, masyarakat Indonesia beretnis China menjadi korban pemerkosaan, pembunuhan, serta rumah dan toko milik mereka dibakar. Kenapa warga etnis Tionghoa menjadi sasaran dari kerusuhan tersebut?

Di Indonesia, orang keturunan China memegang kendali perekonomian Indonesia. Beberapa dari mereka sangat kaya, meski jumlah mereka hanya sekitar 2 persen dari populasi masyarakat Indonesia.

Pada saat krisis ekonomi menghantam Indonesia pada 1998, oknum-oknum yang berkepentingan politik mengambinghitamkan orang keturunan China atas krisis yang terjadi. Oknum-oknum tersebut mengerahkan massa yang terdiri dari masyarakat pribumi untuk menyerang mereka.

Beberapa alasan mengapa etnis Tionghoa menjadi korban dalam Kerusuhan 1998, di antaranya:

  1. Etnis Tionghoa mendominasi perekonomian
  2. Status kewarganegaraan dan sentimen anti-Tionghoa
  3. Implementasi kebijakan asimilasi terhadap etnis Tionghoa
  4. Muncul desas-desus bahwa etnis Tionghoa menimbun bahan pokok pada saat krisis ekonomi

Prasangka Penyebab Konflik

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Queensland, Eunike Mutiara Himawan pada 20 Mei 2020 yang diterbitkan di The Conversation, baik responden pribumi maupun etnis China mengatakan bahwa prasangka buruk terhadap etnis Tionghoa menjadi salah satu penyebab kerusuhan Mei 1998.

Dari jawaban responden, prasangka negatif muncul karena adanya kesenjangan ekonomi antara warga pribumi dan warga etnis China. Responden warga pribumi melihat kesenjangan terjadi karena etnis China menguasai ekonomi.

Prasangka negatif terhadap warga etnis China sudah terbentuk sejak pemerintahan Orde Baru. Sentimen terhadap China muncul setelah presiden Soeharto berkuasa.

Selama kepemimpinannya, Soeharto berusaha menghilangkan warisan presiden Soekarno yang dekat dengan China. Salah satunya adalah dengan menghapus segala pengaruh China, termasuk membatasi hak-hak warga keturunan Tionghoa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat