PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah perguruan tinggi memilih berhati-hati membuka program studi baru meskipun diperbolehkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lewat konsep Kampus Merdeka. Pihak perguruan tinggi ingin tetap mengedepankan kualitas dalam mengelola setiap program studi, bukan mengedepankan kuantitas program studi.
Rektor Universitas Komputer Indonesia Eddy Soeyanto Soegoto menilai, Unikom tidak harus membuka prodi sebanyak-banyaknya.
Pihak universitas mempertimbangkan beberapa hal, seperti kebutuhan masyarakat, dalam membuka program studi. Perbandingan jumlah dosen dengan mahasiwa juga perlu dipertimbangkan.
Baca Juga: Resmi, Kendaraan Bermotor Listrik Kini Miliki Plat Nomor dan Dianggap Spesial
Pembukaan program studi tanpa kesiapan yang matang malah akan merugikan universitas. Hal itu karena akreditasi sebuah universitas dipengaruhi oleh akreditasi program studi.
"Akreditasi universitas kan dihitung rata-rata akreditasi program studi. Takutnya, buka program studi banyak-banyak, tetapi akreditasinya tidak baik," kata Eddy kepada "PR", Rabu 29 Januari 2020.
Universitas Padjadjaran pun berhati-hati dalam membuka program studi baru. Rektor Unpad Rina Indiastuti mengatakan, kebutuhan masyarakat menjadi pertimbangan dalam membuka program studi.
Baca Juga: 5 Perawatan Efektif dan Mudah Obati Penyakit Paru-paru Obstruktif di Rumah
Namun, bukan berarti membuka program studi sebanyak-banyaknya. Pasalnya, pihak universitas harus bisa menjamin pengelolaan program studi berjalan baik agar mencetak lulusan berkualitas.
"Kalau tidak bisa memasok (lulusan) dengan baik, itu kerugian karena tarohannya lulusan," ujar Rina.
Oleh karena itu, Unpad akan mengkaji berbagai hal sebelum membuka program studi baru. Persiapan sebelum membuka program studi juga harus matang. Unpad tak ingin dari segi kuantitas prodi tergolong banyak, namun kualitas lulusannya tak baik.
Baca Juga: Virus Corona Diduga Bocor dari Lab Virologi Wuhan untuk Senjata Biologis, Pakar Virus Sidrotun Naim: Tidak Selalu Relevan
Pengamat Pendidikan Cecep Darmawan mengatakan, program studi pada umumnya bisa dibuka dan ditutup oleh pihak universitas. Pihak universitas biasanya mempertimbangkan permintaan pasar.
Meski bisa dibuka tutup dengan mudah, Cecep berharap, khusus program studi ilmu pengetahuan dasar, keberadaannya harus diupayakan dipertahankan. Salah satunya, program studi filsafat.***