kievskiy.org

Siswa di Lokasi Bencana Sukabumi Harus Belajar di Balik Bilik Bambu, Minta Tolong Jokowi

Siswa SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, terpaksa belajar di bangunan sekolah darurat, Selasa 10 Januari 2023.
Siswa SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, terpaksa belajar di bangunan sekolah darurat, Selasa 10 Januari 2023. /Pikiran Rakyat/Herland Heryadie Pikiran Rakyat/Herland Heryadie

PIKIRAN RAKYAT - Puluhan siswa SDN Suradita, Desa Ciengang, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, terpaksa harus melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di bangunan sekolah darurat. Hal itu dilakukan lantaran bangunan sekolah sebelumnya rusak berat setelah diterjang bencana pergerakan tanah.

Perpindahan itu dilakukan atas dasar pertimbangan keamanan. Sedikitnya ada 49 siswa di SDN Suradita harus rela belajar di bangunan yang terbuat dari anyaman bambu dan terpal sebagai atap beralaskan tanah.

Bangunan sekolah darurat itu memiliki ukuran 8x12 meter yang dibangun oleh warga bekerja sama dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kecamatan Gegerbitung, di lahan milik perkebunan.

Sementara bangunan sekolah SDN Suradita yang rusak akibat bencana alam pergerakan tanah itu, di antaranya ruang kantor dan kelas. Keretakan juga terlihat di teras dan halaman sekolah yang kondisi tanahnya sudah anjlok dan berlubang. Sedangkan untuk bangunan WC dan musala, kondisi tanahnya anjlok sehingga bangunannya miring.

Baca Juga: Kondisi SDN 2 Margajaya Ciamis Memprihatinkan, Keselamatan Siswa Terancam

Kepala SDN Suradita, Edi Junaedi mengatakan, perpindahan dari bangunan sekolah lama ke sekolah darurat ini dilakukan atas kesepakatan bersama yang didasari oleh bangunan yang sudah retak dan bagian lantai yang sudah anjlok karena pergerakan tanah.

Lebih lanjut, Edi menerangkan bahwa bangunan sekolah darurat ini mempunyai 4 ruang dengan ukuran 8x12 meter. Lalu dari 4 ruang tersebut, ada 2 ruang yang disekat untuk dijadikan 2 kelas atau rombongan belajar dengan total semua ada 6 kelas.

"Pernah kejadian anak (murid) masuk ke dalam lubang, sehingga kami tidak mau mengambil risiko, kami membuat sekolah darurat ini. Jadi untuk penyelamatan jiwa anak. Kalau di sana dipaksakan, walaupun bangunannya permanen, kalau di sini darurat dengan kondisi seperti ini, saya Alhamdulillah dengan adanya ini lebih nyaman daripada di sana untuk saat ini gitu. Untuk kegiatan KBM, anak pun menurut kami di sini lebih aman daripada di sana," ujar Edi saat diwawancarai, Selasa 10 Januari 2023.

Untuk peralatan belajar seperti meja, bangku, papan tulis yang ada di sana, lanjut Edi, pihaknya saat ini berusaha memindahkannya dengan meminta bantuan dengan kendaraan. Untuk sementara, peralatan yang ada dulu digunakan untuk sarana belajar mengajar, walaupun belum memadai, belum normal seperti yang lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat