kievskiy.org

Dekan Fakultas Kedokteran UI: Inframerah Thermogun Tidak Berbahaya bagi Otak

Penggunaan thermo gun untuk mengukur suhu tubuh manusia.
Penggunaan thermo gun untuk mengukur suhu tubuh manusia. /Pikiran-rakyat.com/ARMIN ABDUL JABBAR

PIKIRAN RAKYAT - Departemen Fisika Kedokteran/Kluster Medical Technology IMERI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) memastikan termometer tembak (thermogun) inframerah aman untuk manusia.

Thermogun dapat digunakan untuk mengecek suhu tubuh manusia pada masa adaptasi kebiasaan baru saat pandemi COVID-19.

"Thermometer inframerah tidak memancarkan radiasi seperti sinar-X dan, karena itu, tidak mempengaruhi sistem saraf termasuk juga tidak merusak retina," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa, 21 Juli 2020.

Baca Juga: 10 Daftar Provider Internet Tercepat Indonesia Menurut Steam

Thermogun merupakan salah satu jenis termometer inframerah untuk mengukur temperatur tubuh yang umumnya di arahkan ke dahi. Alat itu menjadi andalan utama sebagai alat skrining COVID-19 dengan gejala demam.

Alat tersebut tersedia hampir di setiap pintu masuk tempat umum dan perkantoran, demikian Pikiran-rakyat.com kutip dari Antara.

Pengunjung atau pegawai dengan temperatur di atas 37,5 derajat Celcius dilarang masuk dan diminta untuk memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan.

Baca Juga: Produksi CPO di Indonesia Berkurang akibat Kemarau, Harga Kelapa Sawit di Riau Naik 3,45 Persen

Namun, beberapa hari ini masyarakat diresahkan dengan viralnya video di media sosial yang menyatakan bahwa alat tersebut berbahaya karena dianggap menggunakan laser dan merusak otak.

Ari menuturkan thermogun itu sudah lolos uji kesehatan sehingga sudah diperhitungkan bahwa alat itu aman digunakan untuk skrining COVID-19 dengan gejala demam.

Ari menuturkan alat thermogun untuk skrining temperatur seseorang bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda, bukan dengan memancarkan radiasi apalagi laser.

Baca Juga: 4 Tanda Android Terserang Malware, Ini Cara Mencegahnya

Akademisi dan praktisi klinik itu menuturkan sama halnya dengan laser pointer, laser pada thermogun tersebut tidak memiliki efek yang berbahaya pada otak.

Tetapi, laser itu tidak boleh menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina.

Sebagai alat pengukur suhu untuk indikator kesehatan, thermogun direkomendasikan untuk dikalibrasi minimal satu tahun sekali.

Baca Juga: Tak Temani Omas Saat Hembuskan Nafas Terakhir, Mandra: Dia Enggak Pernah Ngeluh Sama Keluarga

Kalibrasi diperlukan agar skrining suhu terjaga akurasinya karena informasi yang salah bisa membuat gagal skrining suhu (positif palsu dan negatif palsu) sehingga membahayakan banyak orang.

Pengukuran temperatur tubuh dengan thermogun tidak bisa dijadikan acuan utama untuk menentukan seseorang menderita COVID-19, karena penderita COVID-19 bisa muncul tanpa gejala demam.

"Kami berharap penggunaan thermogun secara luas di tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik disertai dengan SOP yang jelas," tuturnya.

Sementara penggunaan thermogun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat karena bukan peruntukannya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat