kievskiy.org

Sejarah Stasiun Bandung yang Sudah Ditetapkan sebagai Cagar Budaya

Stasiun Bandung
Stasiun Bandung /Pikiran Rakyat/Irwan Suherman

PIKIRAN RAKYAT – Kereta memiliki beragam jenis dan kegunaanya. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa jenis kereta, dari Kereta Kuda, Kereta Listrik, Kereta Api, hingga yang akan hadir yakni Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Kereta dengan jangkauan yang paling jauh yakni kereta berjenis Kereta Api. Kereta Api merupakan salah satu transportasi umum yang sering dipilih lantaran tingkat kenyamanan dan biayanya yang tidak terlalu mahal seperti pesawat udara.

Meski memakan waktu tempuh yang lebih lama dibandingkan pesawat, namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tetap memiliki Kereta Api sebagai moda transportasi lintas kota. Karena sekarang sudah ditunjang dengan fasilitas dan keamanan yang lebih anyar.

Kereta-kereta tersebut akan berhenti di stasiun-stasiun yang sesuai dengan tujuan destinasinya. Salah satu stasiun yang terkenal di Indonesia yakni Stasiun Bandung. Stasiun yang dikenal memiliki segudang sejarah yang menarik.

Stasiun Bandung merupakan stasiun besar dengan tipe A. Stasiun ini sangat memiliki peranan penting dalam pelayanan transportasi kereta api di Jawa Barat. Stasiun ini berlokasi di Jalan Stasiun Timur (Pintu Selatan) dan Jalan Kebon Kawung (Pintu Utara), di Kebon Jeruk, Andir, Kota Bandung.

Baca Juga: Kereta Api dan Sejarah Panjangnya, dari Ditarik Kuda hingga Bisa Melaju Lebih dari 500 Kilometer per Jam

Sejarah kereta api di Indonesia awalnya dimulai pada era Tanam Paksa, di mana pencangkulan pertama untuk jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden di Desa Kamijen. Jalur tersebut merupakan jalur kereta api pertama relasi Solo-Yogyakarta dengan menggunakan lebar sepur 1435 milimeter.

Pembangunan jalur tersebut dipegang oleh perusahaan swasta yakni Naamlooze Venootschap Nederlanch indische Spoorweg Maatschappij (NV. NISM)

Pada masa VOC, transportasi di Pulau Jawa bukan suatu masalah berat. Hingga dengan adanya perkembangan perkebunan pemerintah di Priangan, hal tersebut lantas memunculkan masalah keterbatasan akses jalur perjalanan.

Hal tersebut membuat pemerintah Hindia Belanda saat itu memutuskan untuk membuat jalur kereta api Bogor-Bandung-Cicalengka (Buitenzorg) sepanjang 184 kilometer. Pembangunan jalur ini ditangani oleh perusahaan pemerintah yaitu Staatssporwegan (SS).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat