kievskiy.org

Pemberian ASI Jadi Pilihan Terbaik untuk Membasmi Stunting di Indonesia

Ilustrasi ASI.
Ilustrasi ASI. /Pixabay/Natalya Trofimchuk

PIKIRAN RAKYAT - Stunting atau gagal tumbuh pada anak harus mendapat perhatian serius agar generasi penerus bangsa berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Saat ini, di Indonesia, stunting terjadi sebanyak 17-19% kasus dari total anak.

Jumlah ini terasa mengkhawatirkan karena dampak dari stunting dapat memanjang dan permanen bila terjadi pada bayi dan batita. Padahal, stunting dapat dicegah bahkan sejak masa kehamilan atau seribu hari pertama kehidupan.

Dokter spesialis anak, dr. Dimple Gobind Nagrani, Sp.A. menerangkan, gejala stunting mudah terlihat dari tinggi badan anak yang kurang dari ukuran idealnya.

"Salah satunya disebabkan karena asupan gizi yang kurang. Jika kekurangan gizi ini terus berlanjut dapat berdampak permanen," katanya ketika menjadi narasumber webinar yang diselenggarakan oleh komunitas Tentang Anak saat memperingati pekan ASI sedunia.

Baca Juga: Hipertensi Bisa Memicu Stroke, Kasus Meninggal Mencapai Ribuan Setiap Tahun

Dijelaskan Dimple, efek dari stunting bisa terlihat dalam jangka pendek hingga jangka panjang. Untuk jangka pendek, antara lain adanya gangguan pertumbuhan otak, IQ yang rendah, hingga gangguan sistem kekebalan tubuh.

Untuk jangka panjang, dampaknya antara lain menurunkan produktivitas dan meningkatkan biaya pengobatan, perawakan pendek, meningkatkan risiko penyakit jantung, dan diabetes hingga kematian.

Dimple mengatakan, orangtua perlu berperan aktif untuk memastikan anaknya berada dalam kondisi yang sehat untuk tumbuh kembangnya. Agar terbebas dari stunting, orangtua juga bisa melakukan monitoring pertumbuhan anak sejak usia dini.

Setiap bulannya, orangtua dapat mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala menurut umur. Bisa mengukur sendiri atau dengan bantuan tenaga medis setiap cek secara berkala ke fasilitas kesehatan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat