kievskiy.org

Flu Singapura Melonjak Lagi, Bahaya Komplikasi Wajib Diwaspadai

Ilustrasi flu Singapura.
Ilustrasi flu Singapura. /Pixabay/Mohamed Hassan

PIKIRAN RAKYAT - Meski tergolong lebih ringan dibandingkan Covid-19, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap penyebaran flu Singapura. Itu karena jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat, flu Singapura bisa menyebabkan komplikasi berupa radang otak, meningitis, atau ‘ditebengi’ penyakit komplikasi lainnya.

Pakar Kesehatan Anak Galuhafiar Puratmaja menyebutkan, penyakit yang dalam dunia medis disebut sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) ini sebenarnya bukan penyakit baru. Penyakit ini pertama kali terjadi pada dekade 1950-an, dari varian baru virus influenza A yang berasal dari virus H2N2.

Virus ini pertama kali dilaporkan di Singapura pada bulan Februari 1957 dan segera menyebar ke seluruh Asia dan ke berbagai belahan dunia. Penyebaran flu ini terjadi dengan cepat, terutama melalui perjalanan udara dan laut yang semakin sering terjadi pada masa itu.

“Jadi memang bukan penyakit baru, tapi memang semakin ke sini masyarakat menjadi lebih aware, karena terdapat gejala khas yang menyertai. Dan kalau tidak ditangani dengan baik, bisa menyebabkan komplikasi lain yang membahayakan pasien, terutama anak-anak di bawah 10 tahun,” ucap Dokter Spesialis Anak yang berpraktik di RSUD Pandega Pangandaran ini, kepada Pikiran Rakyat, Selasa, 2 April 2024 malam.

Gejala yang dimaksud adalah demam tinggi pada hari pertama dan kedua, serta munculnya ruam kemerahan di sekitar mulut, serta telapak tangan dan kaki. Anak-anak yang memiliki kecenderungan daya tahan tubuh yang rendah atau pernah kejang demam, diimbau untuk lebih mewaspadai karena penyakit ini juga bisa memicu kejang demam.

“Dehidrasi juga harus diwaspadai, karena anak-anak dengan demam dan gejala flu, biasanya sulit diminta untuk makan dan minum,” tuturnya.

Jika sudah terkena, yang sebaiknya dilakukan adalah menurunkan demam dengan memberikan obat penurun panas. Beberapa pilihan yang umum digunakan adalah parasetamol untuk anak, maupun ibuprofen, tergantung kondisi anak.

Anak-anak yang sedang mengalami demam, memiliki metabolisme dan suhu tubuh yang meningkat. Sehingga, kebutuhan terhadap cairan juga meningkat.

“Jika diperparah dengan anak tidak mau minum, akan berbahaya karena bisa mengalami dehidrasi, yang menjadi collateral damage bagi penyakit apa pun,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat