PIKIRAN RAKYAT - Sebelum keluar dari Gedung Putih, Presiden AS ke-45 Donald Trump berencana mengambil tindakan yang lebih keras terhadap Tiongkok.
Kendati tinggal dua bulan lagi, hal ini tak menyurutkan niat Donald Trump untuk menekan Tiongkok lebih kencang, bahkan mengajak sekutu-sekutu AS secara informal.
Pasalnya, AS menuduh Tiongkok memaksakan kehendak pada negara-negara dunia menggunakan kekuatan ekonomi mereka yang begitu besar.
Baca Juga: Menteri Edhy Prabowo Ditangkap KPK, DPR Ungkap 3 Alasan Kebijakan Ekspor Benih Lobster Harus Ditolak
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Wall Street Journal, pernyataan tersebut muncul setelah Tiongkok menjatuhkan sanksi ekonomi pada Australia karena ingin menyelidiki asal muasal Covid-19.
"Tiongkok berupaya mengalahkan negara-negara agar tunduk pada pemaksaan ekonomi yang mengerikan," ujar salah satu pejabat senior pemerintahan Trump.
"Barat perlu membuat sistem yang dapat menyerap secara bersama sanksi ekonomi dari diplomasi memaksa Tiongkok dan mengimbangi biayanya," kata dia menambahkan.
Baca Juga: Harta Kekayaan Edhy Prabowo Saat Jadi Menteri KKP dan Ditangkap KPK, Beda Jauh dari Susi Pudjiastuti
Dalam rencana balas dendam bersama, ketika Tiongkok memboikot barang impor, negara-negara yang bersekutu sepakat untuk saling membeli produk dan menyediakan kompensasi.