kievskiy.org

Jerit Warga Palestina Lari dari Genosida Penjajah Israel di Gaza: Kami Bukan Teroris, Kami Ingin Hidup Damai

Warga Palestina berjalan saat mengungsi dari utara Jalur Gaza ke arah selatan, Selasa 7 November 2023.
Warga Palestina berjalan saat mengungsi dari utara Jalur Gaza ke arah selatan, Selasa 7 November 2023. /Reuters/Ahmed Zakot

PIKIRAN RAKYAT - Warga Palestina, Haitham Noureddine berjalan empat kilometer bersama ibunya dan kerabat lain, sampai mereka mencapai kamp pengungsi Bureij di selatan Gaza. Dia mengatakan, keluarganya meninggalkan rumah mereka di Kota Gaza dekat rumah sakit Al-Shifa, karena pemboman berat di daerah itu, dan melihat mayat-mayat membusuk dalam perjalanan.

Penjajah Israel mengatakan pasukannya telah mengepung Kota Gaza, tetapi akan memungkinkan warga sipil meninggalkan utara. Namun, angka korban menunjukkan tidak ada daerah di wilayah itu yang aman, dengan hampir 3.600 orang tewas di Gaza selatan dan tengah.

Sambil memegang tongkat, Hatim Abu Riash menceritakan ketakutannya berjalan melewati pasukan penjajah Israel. Dia berhasil melarikan diri dari kamp pengungsi Jabalia utara yang telah berulang kali dibom sejak awal serangan.

Baca Juga: 5 Fakta Iron Dome, Senjata Andalan Penjajah Israel yang Belakangan Error

"Di sebelah tentara, di samping senjata, di samping tank, pesawat terbang... itu benar-benar mengerikan," tuturnya, Rabu 8 November 2023.

"Kami bukan teroris, kami warga sipil, kami ingin hidup dalam damai," kata Hatim Abu Riash menambahkan.

Penderitaan warga Gaza tidak berakhir begitu mereka melarikan diri ke daerah tengah atau selatan yang menjadi tempat lebih dari 550.000 orang berlindung di 92 perusahaan yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Pasalnya, fasilitas terbatas dan penyakit merajalela.

Dalam satu kasus, UNRWA melaporkan bahwa lebih dari 600 orang berbagi satu toilet. Ada juga ribuan kasus penyakit pernapasan akut, infeksi kulit, diare dan cacar air, kata PBB, sementara mengakses persediaan dasar seperti roti menjadi sulit.

Berdiri di jalur ganda ketika sesama warga Gaza berjalan melewatinya, penduduk Motaz El-Ajala menggambarkan kondisinya sebagai 'tidak manusiawi'. "Situasinya adalah bencana besar," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat