PIKIRAN RAKYAT - Pada 5 Agustus 2021, BPS menyatakan terjadi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2021 sebesar 7,07 persen dibanding triwulan II 2020. Jika kita komparasikan, 2020 triwulan II merupakan titik terendah perekonomian karena pandemi Covid-19 yang semakin meningkat dan pemerintah masih mencari cara efektif untuk menaganinya.
Ketika pemerintah membandingkan dengan situasi saat ini, tentu sangat berbeda karena tahun 2020 terjadi PSBB yang lebih ketat dibandingkan PPKM pada 2021
Kebijakan pada 2021 masih membolehkan masyarakat beraktivitas sebelum PPKM ditingkatkan menjadi level 4. Hal ini yang membuat pertumbuhan ekonomi triwulan II 2021 mengalami pertumbuhan. Namun jika dilihat dari perbandingan kumulatif (c to c) pertumbuhan ekonomi 2021 hanya 3,10 persen lebih kecil jika dibandingkan pertumbuhan triwulan.
Pertumbuhan ekonomi bukanlah ukuran bahwa negara dinyatakan berhasil atau sejahtera. Bagi negara dunia ketiga atau negara berkembang seperti Indonesia, masih banyak permasalahan yang perlu diatasi selain target pemerintah berupa pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Tommy Soeharto Dipanggil Satgas BLBI, Diminta Selesaikan Utang Rp2,6 Triliun
Permasalahan di Indonesia kompleks seperti kemiskinan, ketimpangan, pendidikan, kesehatan, pengangguran, korupsi, dan kriminal.
Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, pertanyaan besarnya adalah siapakah yang menikmati pertumbuhan?
Pertumbuhan ekonomi seperti oase bagi negara berkembang, hanya bisa di lihat tetapi tidak dapat dirasakan, khususnya oleh masyarakat kelas menengah bawah atau miskin.
Ketika pemerintah mengumumkan ekonomi mengalami pertumbuhan 7,07 persen, pemerintah melupakan satu hal yang juga penting yaitu meningkatnya angka kemiskinan.