kievskiy.org

Bencana Hidrometeorologi, Mari Cermati Lagi Kisah Nabi Nuh

Ilustrasi bahtera Nuh.
Ilustrasi bahtera Nuh. /Pixabay/DGJ

PIKIRAN RAKYAT -  Setiap memasuki musim hujan, setiap orang di Indonesia selalu meningkatkan kesiapasiagaannya. Kesiapsiagaan dilakukan untuk mengantisipasi datangnya tamu bernama "bencana hidrometeorologi".

Nama itu merujuk pada istilah bencana yang disebabkan faktor-faktor meteorologi seperti perubahan iklim, curah hujan, kecepatan angin, dan lainnya. Jenis bencana hidrometeorologi sangatlah banyak. Bahkan kekeringan masih termasuk kategori bencana hidrometeorologi.

Akan tetapi, dalam pemberitaan dan perbincangan sehari-hari, bencana hidrometeorologi mengerucut pada jenis bencana banjir, longsor, puting beliung, dan lainnya yang biasanya datang berbarengan dengan musim hujan.

Baca Juga: Penyebab Banjir di Kalteng Mulai Terkuak, Kerusakan Lingkungan Diduga Jadi Biang Kerok

Baca Juga: Soal Banjir Sintang dan Melawi Kalimantan Barat, Menteri PUPR Basuki: Daerah Tangkapan Air Berkurang

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil beberapa waktu lalu menyampaikan kabar kepada seluruh kepala daerah dan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten/kota di Jawa Barat untuk selalu dalam posisi siaga satu menghadapi kemungkinan munculnya bencana hidrometeorologi.

”Musim hujan sampai Februari-Maret. Musim hujan biasanya mengakibatkan dua potensi kebencanaan. Satu banjir yang sering kita lihat. Kedua, longsor biasanya di daerah yang miring,” ucapnya beberapa waktu lalu.

Banjir dan longsor seolah menjadi langganan ketika musim hujan tiba. Sebuah ungkapan sinis tetapi tak terbantahkan kerap muncul mengomentari beragam bencana di Indonesia pada umumnya.

Musim kemarau kesulitan bahkan tidak ada air. Saat musim hujan, kelebihan air alias kebanjiran.

Baca Juga: Kisah Gedig, Kawasan Hutan Asri dan Sejuk yang Kini Tergerus Timbunan Sampah TPA Sarimukti Bandung Barat

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat