PIKIRAN RAKYAT - Kita terkejut atas terjadinya kerusuhan di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah. Hampir seribu aparat kepolisian dikerahkan ke sana untuk melakukan pengamanan. Praktiknya, puluhan warga diamankan dan diperiksa. Suasana desa yang harmonis terusik. Sebagian warga merasa ketakutan.
Inti persoalannya, rencana pemerintah membangun Bendungan Bener. Proyek strategis nasional ini akan menghabiskan anggaran Rp2,060 triliun yang bersumber dari APBN.
Sebagian warga setuju, sebagian lain menolak. Salah satu persoalannya, bukit batu andesit yang menjadi sumber kehidupan warga termasuk yang akan dibongkar.
Kita teringat kembali pada proses pembangunan Bendungan Jatigede di Sumedang. Pembangunan bendungan di sana sebenarnya sudah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda, tetapi tidak jadi dilaksanakan karena di antaranya mendapat penolakan dari warga. Setelah lama terlupakan, proyek dimulai kembali pada 2008 dan tetap meninggalkan masalah.
Baca Juga: Konflik Desa Wadas Nyatanya Lahirkan Dua Kubu Warga yang Pro dan Kontra Pembebasan Lahan
Baca Juga: Bantah Intimidasi Warga untuk Setujui Penambangan di Desa Wadas, Polda Jateng: Sama Sekali Tidak Ada
Keuntungan dari dibangunnya Bendungan Jatigede yang menghabiskan biaya Rp6,5 triliun memang sangat besar. Airnya akan dapat mengairi 90.000 hektare sawah.
PLTA menghasilkan listrik 110 megawatt. Selain itu, akan menghasilkan air bersih sebanyak 3.000 meter kubik per detik dan menghilangkan bencana banjir rutin terhadap 14.000 hektare sawah.
Akan tetapi, kerugiannya juga tidak kecil. Sebanyak 16.000 warga harus direlokasi, 1 juta lahan hijau hilang, timbul banyak pengangguran, serta ada puluhan situs sejarah yang tenggelam.