kievskiy.org

Agama dan Musibah: Mencari Relevansi Keduanya di Era Post-Truth

Ilustrasi gempa.
Ilustrasi gempa. /Pixabay/Angelo Giordano

PIKIRAN RAKYAT - Sangat menarik tulisan Zaki Mubarak untuk mencari benang merah antara agama, musibah dan era post-truth dalam satu garis—walaupun tidaklah mudah. Ketiganya memiliki kelindan satu sama lain, melalui kontemplasi dan literasi yang ada dalam memahami dan menelaah kejadian-kejadian di negeri ini.

Mungkin ada yang tidak sepakat dengan pandangan ini, tetapi tidak ada salahnya untuk menelaah lebih lanjut tulisan ini dengan mengesampingkan rasa ‘apriori’ terlebih dahulu. 

Terma Agama, Musibah dan Era Post-Truth; Sebuah Definisi

Untuk mengkorelasikan ketiganya, perlu didefinisikan terma-terma tersebut untuk mencari peluang agar bisa disatukan dalam satu garis bernama “benang merah”.

Agama menurut Masdar F. Mas’udi adalah sistem nilai, etika dan moral yang relevan bagi kehidupan manusia sebagai mahluk yang bermartabat dan berakal budi. Agama pada pandangan Bahrum Rangkuti—tidak sepakat—diambil dari a bermakna tidak  dan gama yang berarti kacau/kocar kacir. 

Tetapi secara ilmiah agama berasal dari kata dasar gam dan mendapat awalan serta ahiran a, sehingga menjadi agama. Kata gam sama dengan kata ga atau gaam dalam bahasa Belanda dan go dalam bahasa Inggris yang bermakna pergi. 

Setelah mendapat awalan dan ahiran a menjadi agama, maka artinya menjadi jalan. Maksudnya adalah jalan hidup, way of life yang harus ditempuh oleh manusia sepanjang hidupnya. 

Dari sini dapat dipahami bahwa agama adalah kumpulan regulasi yang mengatur hidup melebihi aturan Negara. Negara hanya mengatur urusan public dan sangat umum-terbatas, agama mengatur segalanya. 

Musibah menurut Quraish Shihab secara etimologi bermakna mengenai atau menimpa. Memang bisa saja yang mengenai itu adalah sesuatu yang menyenangkan, tetapi bila al-Quran menggunakan kata musibah, maka itu berarti sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa manusia. Musibah seringkali dalam al-Quran disandingkan dengan kata bala’. Seperti yang disebutkan dalam QS. 2: 155 dan 156.

Post-truth adalah prase dari dua kata post dan truth. Post artinya ‘setelah’ dan truth artinya ‘kebenaran’. Post-truth secara sederhana didefinisikan  sebagai sebuah istilah baru bahwa kebenaran tidak bisa didefinisikan sebagai ‘single reality’ satu sudut pandang, namun bersifat ‘multiple reality’ kebenaran jamak. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat