kievskiy.org

Kebangkitan Nasional: Bangkitkan Kemuliaan Moral demi Terhindar dari Kemunduran

Ilustrasi Bendera Merah Putih untuk rayakan Hari Kebangkitan Nasional.
Ilustrasi Bendera Merah Putih untuk rayakan Hari Kebangkitan Nasional. /Pixabay/mufidwt Pixabay/mufidwt

PIKIRAN RAKYAT - Pada intinya, kelahiran Boedi Oetomo merupakan gerakan yang menggelorakan kesatuan, persatuan, persaudaraan, dan saling membantu satu sama lain sebagai pendukung utama dalam meraih kemerdekaan. Gerakan ini berupaya menumbuhkan wawasan kebangsaan yang disertai keluhuran budi atau moral. Gerakan ini pun berhasil membangkitkan semangat pergerakan perjuangan bangsa kita menuju kemerdekaan.

Kini, 115 tahun sudah pergerakan kebangkitan nasional itu berlalu. Namun demikian, ruh dari pergerakan ini jangan sampai berlalu begitu saja, apalagi sampai mati, hilang tak berbekas. Kita harus tetap menggelorakan ruhnya setiap saat. Karenanya, sangatlah tepat jika “semangat untuk bangkit” menjadi tema utama hari kebangkitan nasional tahun ini.

Semangat nasionalisme yang dilandasi persatuan seraya menyadari kita hidup di tengah beragamnya suku bangsa merupakan ruh pertama yang harus kita bangkitkan. Hal ini penting, sebab sejak beberapa tahun ini rasa nasionalisme dan menyadari akan keragaman suku bangsa kita sering terganggu dengan beragam hal yang dapat mengurai ikatan persatuan dan persaudaraan.

Baca Juga: Masa Suram KPK Setelah Undang-undang Direvisi

Politik identitas yang selalu muncul menjelang tahun politik merupakan bentuk lain dari sikap egoisme kesukuan. Padahal sejarah telah membuktikan isu rasisme dan egoisme kesukuan hanya akan mengurai kekuatan persatuan yang sudah terbentuk, dan menjadikan gerak langkah pembangunan dan kemajuan bangsa kembali menjadi lemah.

Bukan hanya masalah nasionalisme, kebangkitan moral pun harus menjadi perhatian. Kini, degradasi moral dalam kehidupan bangsa kita secara merata telah melanda hampir pada setiap lini kehidupan.

Dunia pendidikan yang merupakan asas utama kemajuan bangsa dan merupakan wilayah sakral yang akan melahirkan para intelektual penerus kehidupan bangsa yang bermoral, kini sering tercemar dengan kasus-kasus kebejatan moral.

Baca Juga: Sambut Pemilu 2024 dengan Semangat Menata Era 'Baring Supagi' Jawa Barat

Jika beberapa puluh tahun silam kita hanya mengenal siswa atau mahasiswa yang nakal, kini kita mengenal guru nakal dan dosen nakal. Masih mendingan jika kenakalannya hanya sebatas bolos atau mangkir dari pekerjaan, tapi kenakalannya adalah berupa perilaku yang menginjak-injak kemuliaan moral. Akhir-akhir ini sering muncul terdengar kasus pelecehan seksual terhadap siswi atau mahasiswi. Korupsi dan suap-menyuap pun kini telah masuk ke wilayah dunia pendidikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat