kievskiy.org

Penyelenggara Negara Wajib Berkomitmen terhadap Pancasila, Nilai-nilainya Jadi Landasan Kebijakan

Monumen Pancasila Sakti.
Monumen Pancasila Sakti. /Instagram @monumenpancasilasakti

PIKIRAN RAKYAT - 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. Inilah kesempatan untuk melakukan kaji ulang dan evaluasi menyeluruh apakah butir-butir Pancasila telah menjadi kesepakatan bersama sehingga semangatnya nampak dan dapat kita rasakan dalam berbagai bidang kehidupan, apakah itu politik, ekonomi, hukum, serta pendidikan.

Berbagai kajian terhadap Pancasila sudah sangat sering dilakukan termasuk kajian mendalam yang dikerjakan Yudi Latif. Kajian-kajian tersebut sampai pada kesimpulan bahwa Pancasila mengandung nilai-nilai luhur dan diyakini akan mengantarkan bangsa ini ke tingkat yang lebih beradab dan bermartabat.

Berbagai upaya juga sudah dilakukan. Meskipun rezim kekuasaan berganti, semua tetap mengaku berlandaskan Pancasila. Pemerintahan Soeharto, misalnya, membentuk Badan Pembinaan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7). Di era Jokowi, dibentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), tetapi aktivitas lembaga ini sayup-sayup.

Baca Juga: Platformisasi Penataran Pancasila

Meskipun kajian ilmiah sudah banyak dilakukan, demikian juga upaya formalitas kegiatan yang diselenggarakan pemerintah, pengamalan Pancasila yang menjadi harapan masih jauh panggang dari api. Menjadi pertanyaan besar, mengapa justru hal itu yang terjadi.

Mengutip Bung Karno, Yudi Latif menekankan bahwa semangat Pancasila adalah gotong royong. Maksudnya, setiap butir Pancasila akan dapat mencapai nilai optimal jika semangatnya gotong royong. Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia akan dapat dilaksanakan secara optimal jika landasan pijakannya gotong royong.

Tentu saja menjadi pertanyaan besar, bagaimana mungkin semangat gotong royong dapat dilaksanakan sementara iklim yang kita anut saat ini adalah liberalisme? Mungkin kita harus kembali ke awal, saat Bung Karno mengakui hanya sebatas sebagai penggali nilai-nilai yang sudah menjadi tradisi seluruh bangsa Indonesia. Maknanya, gotong royong adalah semangat pemersatu bangsa ini.

Baca Juga: Politik di Indonesia: Demokrasi dan Monster Bernama Oligarki

Kaji ulang nilai-nilai Pancasila tampaknya harus dikembalikan ke akarnya. Kebijakan ekonomi, politik, hukum serta keadilan, semuanya mesti berlandaskan semangat gotong royong. Mungkin selama ini kita menyederhanakan pengertian gotong royong hanya sebatas kekeluargaan. Padahal sejak awal Bung Karno sudah mengingatkan bahwa nilai gotong royong lebih dinamis ketimbang kekeluargaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat