kievskiy.org

Arus Deras Hipermedia Sosial

Ilustrasi media sosial.
Ilustrasi media sosial. /Pixabay/Photo Mix

PIKIRAN RAKYAT - Selain terkenal dengan keandalan ilmunya, Theuth juga merupakan seorang inovator. Ia rajin mengembangkan keilmuannya dalam bentuk aplikasi teknologi yang memudahkan masyarakat dalam menjalankan kehidupannya. Hasilnya senantiasa ia bagikan kepada masyarakat, terutama yang berhubungan dengan ilmu matematika seperti bilangan, trigonometri, dan sebagainya.

Suatu ketika, ia mendapatkan kunjungan Raja Thamus yang penasaran atas kabar adanya inovasi teknologi baru yang dikembangkan Theuth. Sang inovator begitu bangga dan menyambut kedatangan sang raja. Secara gamblang, ia memperlihatkan beragam alat hasil inovasinya dan menjelaskan cara penggunaannya. Kemudian ia membawa sang raja ke ruang kerjanya untuk memperlihatkan karya terbarunya. Ia baru saja menginovasi teknik tata tulis yang dapat mempermudah masyarakat untuk menyimpan ilmu, sesuatu yang didengar atau dilihatnya ke dalam bentuk tulisan.

Meskipun merasa kagum dan bangga atas inovasi terbaru yang dilakukan Theuth, sang raja berkomentar, “Theuth, kamu harus bersikap hati-hati dan selektif dalam menyebarkan inovasimu yang terbaru ini. Jika tidak, inovasi terbarumu akan menjadi bumerang bagi masyarakat. Inovasi tata tulis yang kamu kembangkan akan mengakibatkan daya ingat masyarakat menurun, akan menjadikan mereka malas untuk mengingat terhadap ilmu yang dilihat atau didengarnya, karena mereka sudah merasa cukup dengan menuliskannya.”

Baca Juga: Kaesang Pangarep Masuk Politik dan Dinasti Politik PDIP

Sang Raja, Thamus, sangat khawatir masyarakat akan berlebihan dalam menggunakan teknik tata tulis hasil inovasi Theuth. Sementara sang ilmuwan keukeuh akan memasyarakatkannya secara luas demi kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Itulah sekilas percakapan antara Thamus dan Theuth dalam Phaedrus karya Plato, sang filsuf, yang dikutip Neil Postman dalam Technopoly: The Surrender of Culture to Technology (1993 : 3). Jika kita mencoba menganalogikan hasil temuan Theuth dengan kenyataan pada saat ini, penemuannya tersebut tampak setara dengan problema penemuan media sosial.

Pada awalnya, penemuan media sosial dimaksudkan untuk memudahkan orang saling berkomunikasi, mengantarkan orang-orang yang berjarak untuk bertemu akrab, bertegur sapa meskipun hanya di dunia maya. Namun, seiring perkembangannya yang begitu pesat dan masif, tujuan awal dari penemuan media sosial ini sudah tertutup dengan beragam kepentingan lain.

Baca Juga: Mengatasi Kekerasan Berbasis Gender Online

Bukan rahasia lagi, demi kepentingan politik, kini para politisi menjadikan media sosial sebagai sarana kampanye yang efektif. Sayangnya kampanyeu hitam, saling ejek, saling menjatuhkan, membunuh karakter lawan politik sering terjadi dalam postingannya. Demikian pula halnya dalam kehidupan bermasyarakat, media sosial tidak lagi dijadikan sarana silaturahmi, tapi juga dijadikan sarana untuk saling mengejek, saling mengancam, dan mengeluarkan kritikan tajam dan berlebihan baik kepada individu tertentu maupun kepada pemerintah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat