kievskiy.org

Iduladha 1444 H, Potensi Perbedaan hingga Kesulitan Penentuan Hilal

Ilustrasi Idul Adha
Ilustrasi Idul Adha /Reuters/Adnan Abidi

PIKIRAN RAKYAT - Bulan Dzulhijjah termasuk salah satu bulan yang ada pada kalender Hijriyah atau qomariyah. Pada bulan ini terdapat salah satu rukun Islam yang utama yaitu melaksanakan ibadah haji. Banyak dari umat Islam yang rela antri belasan bahkan puluhan tahun untuk bisa berangkat menunaikan ibadah wajib bagi yang mampu ini. Namun, ternyata mampu itu tidak dipandang dari banyak harta saja, melainkan betul-betul panggilan Allah swt. Banyak orang yang memiliki harta berlimpah, tetapi belum berani daftar haji. Namun, sebaliknya banyak juga orang dengan harta sederhana dan seadanya, ternyata menjadi tamu Allah swt.

Pelaksanaan ibadah haji ditetapkan hanya pada waktu-waktu tertentu. Puncak pelaksanaannya tentunya pada bulan haji. Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam QS Al-baqarah ayat 197. Waktu yang ditentukan yaitu berdasarkan kalender hijriyah. Kalender ini merupakan acuan utama umat Islam dalam melaksanakan berbagai ibadah yang terikat dengan waktu. Jumlah hari dalam satu tahun terdiri dari 354 untuk tahun pendek dan 355 untuk tahun panjang, dengan 12 bulan dalam setahun, 1 siklus terdiri dari 30 tahun, dan pada 1 siklus terdapat 11 tahun panjang dan 19 tahun pendek. Ketentuan jumlah 12 bulan ini sudah ditetapkan dalam QS at-taubah ayat 36.

Untuk menentukan awal bulan pada kalender hijriyah didasarkan kepada posisi bulan terhadap bumi, yang mana bagian bulan yang tersinari matahari dalam bentuk sabit. Ketentuan sabit bulan sebagai pertanda dimulainya bulan baru ini didasarkan pada landasan Alquran, surat Al-baqarah ayat 189. Sufyan ats-tsauri dalam menafsirkan ayat tersebut dalam tafsirnya menyebutkan bahwa adanya hilal sebagai pertanda waktu-waktu bagi manusia seperti waktu untuk berhaji, melaksanakan puasa Ramadhan, berlebaran, berkurban, juga menghitung masa iddah bagi wanita.

Secara astronomis, kenampakan hilal antara satu daerah dengan daerah yang lainnya memiliki perbedaan dalam visibilitasnya. Terlebih apabila jarak antara daerah tersebut terbentang dari arah timur ke barat. Di wilayah Indonesia yang terbagi kepada 3 waktu, masing-masing daerah memiliki perbedaan yang signifikan dalam visibilitas hilal. Pada hari Ahad, 18 Juni 2023, pada saat matahari terbenam tinggi hilal di Banda Aceh +2°19’, Labuan Banten +1°, Makassar +0°45’, dan untuk Manokwari +0°41’.

Berdasarkan sebaran data hilal di wilayah Indonesia, tinggi hilal yang paling besar berada di wilayah paling Barat yaitu daerah Banda Aceh yang sudah mencapai +2°. Data ini masih tergolong kecil dan dibawah batas minimal visibilitas hilal terlihat (imkan rukyat). Kementerian Agama RI telah menetapkan batas imkan rukyat sebesar minimal +3°. Dengan sebaran tinggi hilal masih dibawah visibilitas yang ditetapkan, sangat sulit hilal dapat diamati. Terlebih cuaca yang tidak menentu dan bahkan hampir selalu mendung di sore hari, akan dapat menghambat proses pelaksanaan rukyat hilal yang dilakukan. Sedikit peluang hilal dapat teramati, karena secara astronomi pun, tinggi hilal ideal dapat terlihat pada ketinggian lebih besar dari 4°.

Potensi perbedaan

Terdapat salah satu ormas yang sudah menentukan tanggal 1 Dzulhijjah 1444 H. pada hari Rabu, 28 Juni 2023. Namun penentuan dari pemerintah belum definitif, kepastian tgl 1 dzulhijjah akan ditetapkan pada acara itsbat rukyat. Berdasarkan analisa data hilal 1 Dzulhijjah 1444 H., hilal kurang mendukung untuk berhasil dirukyat. Besar kemungkinan, dari 100 lebih tempat untuk melihat hilal, seperti POB Pelabuhan Ratu, Obs. Albiruni Unisba Bandung, Pantai Pondok Bali Subang, Pantai pangandaran, akan kesulitan untuk berhasil pada pengamatan hilal ini. Sehingga kemungkinan terjadi perbedaan antara penganut hisab murni dengan rukyat hilal sangat besar.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan 1 dzulhijjah dilakukan dengan cara rukyat hilal. Hasil dari rukyat hilal secara langsung ini akan menjadi bahan pemerintah yang dilakukan oleh mahkamah agung Saudi untuk menetapkan bulan baru hijriyah. Berdasarkan data astronomis, tinggi hilal untuk wilayah Makkah lebih besar dari tinggi hilal yang tersebar di wilayah Indonesia. Tinggi hilal berada pada posisi +5° yang memungkinkan untuk dapat dilihat daripada di Indonesia.

Terdapat selisih tinggi hilal antara KSA dan Indonesia. Dibandingkan dengan tinggi hilal di wilayah Banten selisihnya ~+4°. Hal ini disebabkan karena pergerakan bulan dan matahari itu terdapat perbedaan. Berdasarkan data astronomis, Bulan bergerak lebih cepat daripada matahari dan menyusul pergerakannya. Setiap satu jamnya, bulan lebih cepat dari matahari sekitar ~1°, sehingga tinggi hilal di wilayah Barat akan lebih besar. Ketika matahari terbenam di wilayah Banten Jawa Barat, tinggi hilal berada pada +1°. Namun ketinggian hilal ini akan lebih besar saat matahari terbenam di Mekah – KSA, yaitu tinggi hilal +5°. Berdasarkan data astronomis ini, kemungkinan besar akan terjadi perbedaan penetapan tanggal 1 Dzulhijjah 1444 H, antara Indonesia dan KSA. (Encep Abdul Rojak / Dosen Unisba)***

Disclaimer: Kolom adalah komitmen Pikiran Rakyat memuat opini atas berbagai hal. Tulisan ini bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat