kievskiy.org

'Janté Arkidam' dan Penyairnya

'Janté Arkidam' dan Penyairnya
'Janté Arkidam' dan Penyairnya

PIKIRAN RAKYAT - Ada surat elektronik dari Jos, beberapa hari setelah Kang Ajip wafat. Sungguh kehilangan besar, katanya. Sebuah film dokumenter terlampir. Ukurannya tiga giga. Perlu waktu lama untuk mengunduh ingatan.

Waktu itu tahun 2005. Jos Janssen dengan perangkat rekaman suara, Martin van den Oever dengan kamera, dan Petra Timmer dengan hasil risetnya, berkunjung ke Pabelan, Jawa Tengah. Saya ikut membantu mereka. Tugas saya adalah berbincang dengan Kang Ajip seputar pengalaman hidupnya sebagai penulis di Indonesia.

Hasilnya adalah “Indonesian Portraits” dalam dua seri. Video seri pertama telah saya lihat sekian tahun lalu. Cakram kompaknya terselip entah di mana, mungkin di sela-sela deretan buku. Video kedua baru saya lihat sekarang, setelah kepergian Kang Ajip.

Baca Juga: Adu Harga Motor Matik Honda PCX dan Yamaha Nmax, Siapa Lebih Murah?

Film dokumenter ini dibuat dengan sokongan dana dari NIOD, lembaga dokumentasi perang dari Belanda. Produsernya adalah Yayasan De Stobbe dari negeri yang sama. Wawancara berlangsung di perpustakaan pribadi Kang Ajip, dalam bahasa Sunda. Videonya berdurasi sekitar satu jam. Subtitle Inggris-nya dikerjakan oleh Alit Djajasoebrata dan Paul Goodman. 

Sebelum wawancara, kami berjalan-jalan di seputar rumah dan perpustakaan almarhum, melihat pepohonan, mata air, dan sebagainya. Dalam film dokumenter ini, pemandangan di seputar rumah almarhum dikasih ilustrasi lagu gubahan mendiang Nano S. berdasarkan “Tanah Sunda”, sajak berbahasa Sunda karya Kang Ajip.

Begitu masuk ke ruang perpustakaan, Kang Ajip memperlihatkan koleksinya yang luar biasa. Ia antara lain memperlihatkan Ensiklopedi Sunda, hasil kerja 10 tahun yang dia prakarsai. “This is the first ethnic encyclopedia in Indonesia,” katanya dengan bangga sambil membuka-buka halaman buku tebal itu.

Baca Juga: Kekalahan Lyon dari Bayern di Liga Champions Jadi Berkah Tersendiri Bagi Ajax Amsterdam

Dari rak buku lainnya, almarhum juga mengambil Janté Arkidam versi Sunda. Halaman-halamannya sudah menguning tapi sampulnya masih baik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat