PIKIRAN RAKYAT - Koran Pikiran Rakyat pada 21 Desember 2022 menurunkan berita dengan analisis yang sangat mendalam berjudul “Food Waste Indonesia Terbanyak Kedua Dunia”. Indonesia menjadi negara penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia.
Menurut kajian Bappenas, sampah di Indonesia pada tahun 2000-2019 sekitar 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun. Artinya, setiap warga Indonesia menyumbang lebih dari 1 kuintal sampah pangan per tahun. Hal tersebut berdampak pada kerugian ekonomi sekitar Rp213-551 triliun per tahun.
Sementara itu, The Economist Intelligence mengeluarkan data yang juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil limbah makanan terbesar di dunia. Sampah makanan menjadi salah satu penyumbang jenis sampah terbesar di Indonesia saat ini.
Baca Juga: Menggagas Politik Identitas Berkualitas
Permasalahan sampah makanan di Indonesia memang sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak? Tingkat kelaparan di Indonesia masih cukup tinggi. Seperti dinyatakan Global Hunger Index 2021, bahwa tingkat kelaparan Indonesia di Asia Tenggara berada pada peringkat ketiga. Di sisi yang lain, masih banyak masyarakat Indonesia yang suka membuang-buang makanan.
Lebih dari itu, perilaku food waste di Indonesia menyimpan bahaya dan ancaman terhadap kehidupan manusia. Makanan yang terbuang tentu akan berakibat buruk pada lingkungan. Selain itu, dalam jangka panjang akan memicu terjadinya krisis pangan.
Di Indonesia, perilaku food waste masih dianggap sebagai sesuatu yang sepele. Oleh karenanya perlu ada upaya untuk menjadikan setiap orang sebagai juru kampanye gerakan pencegahan makanan berlebih. Di sinilah pentingnya mengajak masyarakat untuk menjadi food hero.
Baca Juga: Bahaya (Lamanya) Jabatan Kades
Food Hero
Hasil penelitian Fadhillah Irma dan Uud Wahyudin (2023) menunjukkan bahwa penyebab food waste adalah penyimpanan makanan yang kurang baik menjadi penyebab banyaknya limbah makanan saat ini. Kebiasaan masyarakat yang suka menyimpan bahan makanan di kulkas hingga busuk dan terbuang. Selain itu, preferensi konsumen dalam memilih bahan pangan atau makanan yang tidak lazim sehingga tidak ingin dikonsumsi dan juga berakhir di tempat sampah. Fakta menunjukkan, bahwa ternyata sampah makanan yang paling banyak itu berasal dari individu atau di tingkat rumah tangga dan bahkan melebihi servis hotel, restoran, dan ritel.