PIKIRAN RAKYAT - Penetrasi penggunaan internet di Indonesia hingga 2023 ini mencapai 78,19 persen. Data tersebut diperoleh dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII, 2023). Jika dibedah lebih lanjut, hasil survei pada 2021 menunjukkan lebih dari 19 persen remaja di Indonesia kecanduan internet.
Ahli adiksi perilaku Kristiana Siste mengatakan bahwa angka itu diperoleh berdasarkan survei kepada anak-anak dari 34 provinsi di Indonesia.
Survei tersebut dilakukan kepada ribuan generasi muda di Indonesia pada Mei sampai Juli 2020. Remaja Indonesia menjadi populasi paling banyak menggunakan internet dibandingkan kelompok usia lainnya.
Ini terlihat dari tingkat penetrasi internet di kelompok usia 13-18 tahun yang mencapai 99,16 persen pada 2021-2022 dari hasil riset Kemkominfo RI dan UNICEF.
Baca Juga: Masa Depan KONI: Tantangan dan Peluang untuk Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional
Pada satu sisi, data tersebut menjanjikan peluang terbukanya potensi industri kreatif serta ekonomi digital bagi anak-anak muda kita. Namun, di balik data kuantitatif tersebut juga muncul persoalan pelik yakni kasus-kasus penyalahgunaan media sosial atau media berbasis digital secara umum yang melibat anak-anak muda kita. Hal ini jelas membutuhkan peran serta semua pihak untuk mengatasinya.
Kemajuan teknologi digital memang menimbulkan beberapa peranan serta dampak di berbagai sektor baik itu sektor sosial, ekonomi, teknologi, pendidikan, kedokteran, pemerintahan dan lain sebagainya.
Dampak baik dari teknologi digital memudahkan pekerjaan serta kehidupan umat manusia. Namun, hal ini juga sebanding dengan dampak negatifnya. Mirip sosok “Dewa Janus”, tokoh dalam mitologi Yunani yang memiliki dua wajah sekaligus.
Penelitian Ahenawati (2019) mengenai pengaruh internet bagi anak menunjukkan selain dari sisi positif, penyalahgunaan penggunaannya juga kian marak. Misalnya melihat konten yang tidak pantas di media sosial atau film di TV berbasis streaming.