kievskiy.org

Kriteria Pemimpin Ideal Menurut Ilmu Patanjala, Wajib Diresapi Peserta Pemilu 2024

Ilustrasi. Pemimpin harus adopsi ilmu patanjala.
Ilustrasi. Pemimpin harus adopsi ilmu patanjala. /Pixabay/klimkin

PIKIRAN RAKYAT - Konsep kepemimpinan sering dibicarakan orang, tetapi apakah implementasinya sesuai dengan yang diharapkan? Menyongsong tahun politik saat ini, teori kerap dianggap angin lalu.

Calon pemimpin beraksi dan bertempur untuk memenangi pertarungannya melalui jargon, spanduk, baliho, banner, maupun turun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan simpati dan dukungannya.

Keuletan, ketenaran, kecerdasan, maupun elektabilitas bakal calon sudah mulai digadang-gadangkan. Para bakal calon berpropaganda mempertontonkan kepiawaiannya. Calon yang lebih cerdik dan bertaktik cantik, tentu saja ditunjang suratan takdir, itulah yang akan menjadi pemenangnya.

Naskah Sunda Kuno Abad XVI Masehi yang berjudul Amanat Galunggung (AG) atau dikenal dengan sebutan Darmasiksa, menyiratkan bahwa seorang pemimpin selayaknya bercermin kepada élmu patanjala atau ilmu wujud air. Pemimpin jangan mudah terpengaruh omongan orang lain agar tidak mudah terhasut (mulah kasimuratan), tapi harus panceg hate ‘berpendirian kuat’, serta harus saciduh metu saucap nyata ‘satu pikiran, perkataan, dan perbuatan’.

Baca Juga: Capres 2024 Jangan Terjebak Populisme, Makanan dan Sekolah Gratis Tak Akan Selesaikan Kemiskinan

Pemimpin jangan mudah tergoda atau harus kuat terhadap berbagai godaan (mulah kasiwuran kanu miburungan tapa) yang mengakibatkan ‘celaka’, sejalan dengan amanat Prabu Niskalawastu Kancana dalam Prasasti Kawali 6, yang berbunyi ulah botoh bisi kokoro ‘jangan serakah kalau tidak ingin celaka/sengsara’.

Di samping itu, pemimpin jangan suka mendengarkan ucapan yang buruk dan jangan mudah percaya kepada orang lain (mulah kapidéngé kanu carék goréng) agar kepemimpinannya dicintai, disegani, dan digandrungi orang lain.

Setiap pemimpin harus memiliki sifat bijak (siniti), bersikap atau berperilaku di jalan yang benar/sesuai aturan (siniyagata), mampu bersikap adil dan takwa, harus bijaksana dalam menjalankan kewajibannya agar amanah sesuai dengan keyakinan/agama yang dianutnya (siaum).

Keseriusan seorang pemimpin diperlukan dalam menjalankan tugasnya, tidak asal-asalan. Semua pekerjaan dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin dilaksanakan dengan baik disertai keseriusan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan (sihooh).

Seorang pemimpin harus simpatik agar rakyat dan bawahannya mempercayai dan simpati kepada diri juga kepemimpinannya, sehingga semua tugas didukung dan terlaksana dengan baik (sikarungrungan).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat