kievskiy.org

Selisik Jurnalistik

Bambang Arifianto (kiri).
Bambang Arifianto (kiri). /Dok. Hawe Setiawan

 

PIKIRAN RAKYAT - Media jurnalistik memang sedang melenceng dan sepertinya tidak bisa kembali ke jalur semula. Platform bergeser, tradisi pelaporan kini tunduk pada kuk “clickbait”. 

Pertaruhan seakan diletakkan pada jumlah klik dari netizen yang bisa ditampung. Khalayak netizen sendiri sepertinya belum bosan membiarkan dirinya dijadikan sasaran propaganda, kabar-kabur, dan disinformasi.

Sebagai wartawan rongsokan, saya mendapatkan pelipur lara tersendiri dari sejumlah jurnalis muda nan sengit dan keras kepala. Salah seorang di antaranya, saya kira, adalah Bambang Arifianto (35).

Baca Juga: Lakukan Aksi Solidaritas, Massa PSHT Dibubarkan Polisi dengan Tembakan Peringatan

Ia belajar di bidang Hubungan Internasional di Universitas Pasundan hingga khatam pada 2008. Sejak 2012 ia bergabung dengan “Pikiran Rakyat”, koran terkemuka dari Bandung yang kini, seperti banyak media cetak lainnya, harus menghadapi turbulensi zaman digital.

Jurnalis yang satu ini, menurut pendapat saya, punya kesanggupan meneruskan tradisi pelaporan mendalam, bahkan pelaporan investigatif — dengan segala risikonya.

Baru-baru ini, menjelang tengah malam, Bambang bersama dua orang teman berkunjung ke rumah saya. Dari rautnya yang berkeringat, saya menangkap gelagat kurang beres pada profesi jurnalistik hari ini.

Baca Juga: Terungkap, Perang Korea Utara-AS Nyaris Pecah Usai Saling Tembak Rudal Balistik Antarbenua

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat