PIKIRAN RAKYAT - Meski hilang-timbul pembicaraan tentang kebudayaan Indonesia kadang masih terdengar. Biasanya, pembicaraan muncul berkaitan dengan anggaran kebudayaan. Seperti dikemukakan Pikiran Rakyat (Rabu, 10 Januari 2024), Kemendikbudristek sedang mengupayakan Dana Abadi Kebudayaan tahun 2024 sebesar Rp7 triliun untuk mendukung pengembangan dan kemajuan kebudayaan daerah di Indonesia.
Anggota Komisi X DPR Ledia Hanifa mengingatkan agar penyaluran dana tersebut merupakan program yang komprehensif, tidak dalam bentuk program yang sporadis. Salah satunya adalah rekonstruksi Jalur Rempah.
Pemerintah punya target agar pada tahun ini Jalur Rempah mendapat pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Namun, di pihak lain Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyatakan bahwa meski telah dilakukan riset selama beberapa tahun, data tentang Jalur Rempah masih minim.
Dapat kita duga, rekonstruksi Jalur Rempah bukan perkara gampang, tapi tentu bukan sesuatu yang mustahil. Sebagai perbandingan, bagaimana RRC berusaha merekonstruksi Jalur Sutra. Sejarah mencatat Jalur Rempah dan Jalur Sutra telah menjadi bagian dari peradaban manusia.
Baca Juga: Puncak Musim Hujan, Jawa Barat Salah Satu Provinsi dengan Kerawanan Bencana yang Tinggi
Selayaknyalah jika Indonesia melakukan usaha sungguh-sungguh dan sistematis agar potensi Jalur Rempah bisa direkonstruksi sejalan dengan perkembangan saat ini.
Pernyataan Hilmar Farid berkaitan dengan masalah ini layak untuk menjadi bahan pertimbangan. Ada kesan program rekonstruksi Jalur Rempah berlangsung dalam sepi. Apakah sosialisasinya terbilang kurang atau ada sebab lain?
Kita kembali pada kenangan masa lalu. Sekitar dasawarsa 1950-an persoalan kebudayaan Indonesia menjadi bahan dialog dan polemik yang cukup menarik. Berbagai pihak, bukan sebatas budayawan, terpanggil memberikan pemikirannya. Yang menjadi problem utamanya, akan seperti apakah konstruksi kebudayaan Indonesia?
Sebagai bangsa yang baru merdeka, kebudayaan dipandang sebagai identitas yang perlu dirumuskan. Konstruksi tersebut diharapkan karena kebudayaan yang berkembang di masyarakat telah menerima pengaruh dari berbagai sumber.
Baca Juga: Problem Kandidasi: Selebritas Jadi Politisi