kievskiy.org

Bahasa Daerah Terancam Punah, BRIN Ungkap Faktor Penyebabnya

Dokumentasi: Pejalan kaki melintasi keramik yang ditulisi salah satu peribahasa dalam Bahasa Sunda, di Jalan Djuanda, Kota Bandung, Rabu 25 Januari 2017. Tulisan yang bisa dibaca oleh pejalan kaki itu, diharapkan mampu mengenalkan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah khususnya kepada pendatang.
Dokumentasi: Pejalan kaki melintasi keramik yang ditulisi salah satu peribahasa dalam Bahasa Sunda, di Jalan Djuanda, Kota Bandung, Rabu 25 Januari 2017. Tulisan yang bisa dibaca oleh pejalan kaki itu, diharapkan mampu mengenalkan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah khususnya kepada pendatang.

PIKIRAN RAKYAT - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan beberapa alasan yang membuat bahasa daerah di Tanah Air bisa terancam punah.

Kepala Pusat Riset (Kapusris) Preservasi Bahasa dan Sastra BRIN Obing Katubi menjelaskan alasan tersebut yakni gagalnya transmisi bahasa daerah dari orang tua kepada anak, adanya sikap negatif terhadap bahasa daerah, anggapan bahasa daerah tak bernilai ekonomi, kurangnya perhatian pemerintah daerah, serta masifnya kontak bahasa karena media digital.

"Kontak bahasa yang semakin masif karena media digital, sehingga memudahkan anggota komunitas bahasa menjelajahi bahasa lain di dunia maya juga jadi faktornya" ujar Obing, di Jakarta, Minggu, 8 Oktober 2023.

Baca Juga: Bukan Sekadar Aksesori, Inilah 6 Fungsi Pemasangan Kaca Film di Mobil

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Ancam Cabut Izin Operator yang Pasang Kabel Semerawut

Selain itu, menurutnya, alasan lain bahasa daerah bisa terancam punah yakni adanya dominasi dan subordinasi penggunaan bahasa, baik dalam skala nasional maupun regional.

Obing mengatakan bahwa yang dimaksud dengan gagalnya transmisi bahasa daerah dari orangtua kepada anak.

Yaitu para orang tua enggan menggunakan bahasa daerahnya dalam berkomunikasi di level keluarga sehingga sang anak yang berperan sebagai penutur muda tak dapat mewarisi bahasa daerah dari kedua orangtuanya.

Baca Juga: Panas Ekstrem di Majalengka, Suhu Udara Mencapai 38-39 Derajat Celsius

Ia menyampaikan, sedangkan sikap negatif terhadap bahasa daerah yakni, adanya pandangan bahwa bahasa daerah kurang bergengsi untuk dipelajari dibandingkan bahasa asing.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat