kievskiy.org

Orangtua Siswa Menilai Ujian Nasional Dihapus Memenuhi Asas Keadilan bagi Terdampak Sistem Zonasi

PETUGAS mengawasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) melalui layar CCTV, di SMAN 5 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Senin, 9 April 2018.*
PETUGAS mengawasi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) melalui layar CCTV, di SMAN 5 Bandung, Jalan Belitung, Kota Bandung, Senin, 9 April 2018.* /ADE BAYU INDRA/PR


BANDUNG, (PR).- Orang tua siswa menanggapi rencana penghapusan Ujian Nasional dengan sikap berbeda. Ada yang setuju, dan ada yang ingin tetap ada.

Yang setuju, menilai penghapusan ujian nasional memunculkan efek positif. Apalagi, saat ini berlaku sistem zonasi, anaknya tetap tak bisa masuk ke sekolah favorit, walaupun beroleh nilai UN memuaskan.

Seperti orangtua siswa dari Wafa Fazrial Faza yang merupakan pelajar kelas VIII SMPN 2 Margahayu, Iin Rusdinar.

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Makarim Terapkan Aturan Baru tentang Zonasi PPDB, Disdik Kota Bandung Siap Laksanakan

"Waktu belajar selama tiga tahun, tapi penentuan berhasil, atau tidak mengutamakan UN yang berjalan beberapa hari. Tanpa UN, beban anak tak akan terlalu berat. Lagipula, nilai UN tak bisa menjadi jalan anak saya masuk sekolah favorit yang terletak jauh dari rumah," ucap Iin di Bandung, 12 Desember 2019.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hendak menghapus UN mulai 2021, mengganti dengan pemantauan kompentensi umum, dan survei karakter.

Hal itu tampak beriringan dengan harapan Iin perihal pengganti UN, mempertimbangkan aspek kepribadian, beserta nilai akademis atas tiap-tiap aktivitas belajar

Baca Juga: Nadiem Makarim Ungkap Penyebab Kemampuan Guru Sulit Berkembang

Namun ada juga yang ingin UN tetap ada. Seperti orang tua dari Fatisya Rizqi Tsuraya yang merupakan pelajar kelas III SDN 032 Tilil, Pujo Rozaq.

Ia menyebutkan, UN perlu tetap ada sebagai tolak ukur anaknya menguasai pelajar. Akan tetapi, UN jangan lagi menjadi penentu kelulusan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat