kievskiy.org

Soal PTM, Pemerintah Diminta Lihat Kondisi Kasus Covid-19 di Lapangan

Ilustrasi PTM -
Ilustrasi PTM - /Pikiran Rakyat/Ade Mamad

PIKIRAN RAKYAT - Terkait adanya kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan tingkat kehadiran siswa 100 persen, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menyebut kebijakan tersebut perlu dievaluasi kembali.

Pasalnya terdapat lonjakan kasus Covid-19 di setiap daerah, serta membutuhkan penanganan yang harus disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

"PTM di sekolah sebaiknya melibatkan otoritas daerah dan satuan pendidikan setempat. Termasuk apakah suatu daerah mau diterapkan 100 persen, 50 persen atau bahkan dihentikan sama sekali, bila memang kondisinya tidak memungkinkan," ujar Fikri sebagaimana Pikiran-Rakyat.com mengutip dari laman resmi DPR RI, Rabu, 02 Februari 2022

Fikri mengatakan terjadinya lonjakan kasus di setiap daerah diakibatkan oleh adanya varian baru omicron, sehingga bahan evaluasi dalam kebijakan PTM 100 persen, sangat diperlukan. Sebab jangan sampai terdapat klaster baru di Indonesia yakni yang berasal dari sekolah.

Baca Juga: Ikatan Cinta 2 Februari 2022: Ketahuan Temui Jessica, Rencana Pernikahan Rendy dan Katrine Batal

"Klaster-klaster baru bermunculan di sekolah, namun yang paling tahu kondisi riil di lapangan tentu satuan pendidikan setempat, apalagi bila ternyata PTM mengakibatkan gangguan kesehatan dan ancaman jiwa, maka pemerintah harus memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak. Terutama dari sisi keilmuan dan lembaga pendidikan” ujar Fikri

Akan tetapi Fikri menilai, hingga saat ini proses pembelajaran secara PTM belum dapat tergantikan selama dua tahun masa pandemi, sebab kegiatan belajar mengajar secara langsung diyakini dapat membangun karakter para siswa.

Selain itu pihaknya mengakui ada beberapa mata pelajaran praktik yang tentu tidak mungkin hanya memperlihatkan tutorialnya saja melalui media virtual,sehingga PTM dianggap sebagai kebutuhan bagi para siswa maupun tenaga kependidikan.

"Pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 menurut laporan Kemendikbudristek efektifitasnya mengalami fluktuasi dan paling rendah hanya sekitar 46 persen. Wajar bila learning loss ini bila terakumulasi dalam kurun waktu lama bisa mengakibatkan generasi yang hilang," tutur Fikri.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat