kievskiy.org

Optimalkan Hasil Belajar Siswa, Program Sekolah dan Guru Penggerak Andalkan Asesmen Diagnostik

Guru SMAN 3 Surakarta berdialog dengan awak media mengenai program Sekolah dan Guru Penggerak pada Selasa, 12 Juli 2022.
Guru SMAN 3 Surakarta berdialog dengan awak media mengenai program Sekolah dan Guru Penggerak pada Selasa, 12 Juli 2022. /Pikiran-Rakyat/Muhammad Ashari

PIKIRAN RAKYAT - Program Sekolah dan Guru Penggerak menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada kebutuhan siswa.

Untuk mendapatkan pemetaan tentang kebutuhan belajar siswa, satuan pendidikan kerap menggunakan asesmen diagnostik.

Penanggung Jawab Guru Penggerak dari SMAN 3 Surakarta, Eni Nursanti, mengatakan pihaknya mengandalkan asesmen diagnostik untuk mencari tahu kebutuhan siswa.

Dengan bertopang kepada asesmen diagnostik, katanya, bisa muncul dua kelas unggulan yang bisa lulus dalam waktu dua tahun atau empat semester.

Baca Juga: Viral Video Tingkah Lucu Sapi Sebelum Disembelih, Karena 'Kepo' Bikin Repot Si Tukang Jagal!

"Jadi, tahun ini sudah ada dua kelas juga yang lulus dengan empat semester. Insya Allah tahun depan juga dua kelas itu berulang (siswanya bisa lulus empat semester). Itu salah satu hasil pemetaan atau diagnostik kami," ujarnya pada Selasa, 12 Juli 2022.

Ia mengatakan, asesmen diagnostik di SMAN 3 Surakarta dilakukan bersama-sama dengan bimbingan konseling.

Dengan demikian, pemetaan siswa bisa lebih luas, meliputi lingkungan belajar siswa yang bersangkutan, data pribadi siswa, gaya belajar, dan lainnya.

Berdasarkan data Kemendikbudristek, asesmen diagnostik terbagi menjadi dua, yakni asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.

Baca Juga: Guru Harus Inovatif, Pahami Karakteristik Anak Didiknya

Asesmen diagnostik non-kognitif bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa.

Kemudian mengetahui aktivitas siswa selama belajar di rumah, mengetahui latar belakang pergaulan siswa, lalu mengetahui gaya belajar, karakter, serta minat siswa.

Adapun asesmen diagnostik kognitif bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi siswa, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata siswa dan memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada siswa yang kompetensinya di bawah rata-rata.

Program Guru Penggerak merupakan bagian dari Sekolah Penggerak. Keduanya memiliki tujuan untuk mengembangkan hasil belajar siswa secara holistik.

Baca Juga: Learning Loss Selama Pandemi, Perlu Ada Penguatan Guru

Selain sekolah berpedoman kepada asesmen diagnostik untuk mendidik siswa, guru pun mendapatkan pembaruan pedagogi atau cara mengajar yang berbasiskan kebutuhan siswa.

Guru penggerak SMAN 3 Surakarta, Wardi mengatakan, ia merupakan angkatan pertama dari program guru penggerak di sekolahnya. Selama pembekalan tentang pedagogi, ia mengaku banyak diberikan informasi tentang paradigma pendidikan yang baru.

"Satu hal yang penting adalah bahwa kadang guru menganggap siswa memiliki kemampuan yang sama antara satu dengan yang lainnya. Setelah mengikuti guru penggerak, kami lebih dilatih untuk menerima perbedaan kemampuan siswa," tuturnya.

Baca Juga: Majalengka Kekurangan Guru Agama Kristen, Hanya Ada 2 PNS, 10 Lainnya Relawan

Berdasarkan data Kemendikbudristek, sampai tahun 2021, program Pendidikan Guru Penggerak telah mendidik lebih dari 24 ribu guru dalam lima angkatan. Angkatan pertama menjalani pendidikan sejak Oktober 2020 sampai dengan Juli 2021.

Sementara itu, angkatan kedua mulai menjalani pendidikan sejak April 2021 dan berakhir pada Januari 2022.

Angkatan ketiga calon Guru Penggerak telah menjalani pendidikan sejak Agustus 2021, angkatan keempat pada Oktober 2021, dan angkatan kelima mulai menjalani pendidikan pada Mei 2022. Hingga saat ini, sekitar 5.500 guru yang telah lulus sebagai guru penggerak.

Adapun untuk sekolah penggerak, telah terealisasi 2.500 Sekolah Penggerak di 34 provinsi dan 250 kabupaten/kota pada tahun 2021.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat