kievskiy.org

Orangtua Siswa SMA Sukahaji Majalengka Mengeluh Anaknya Dipaksa Studi Banding ke Bali

Ilustrasi studi banding ke Bali.
Ilustrasi studi banding ke Bali. /Pixabay/Clker-Free-Vector-Images Pixabay/Clker-Free-Vector-Images

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah orang tua siswa dan siswi SMU Negeri Sukahaji, Kabupaten Majalengka mengeluhkan adanya paksaan terhadap siswa untuk mengikuti Studi Literasi ke Bali dengan biaya yang tidak terjangkau.

Beberapa orang tua siswa asal Kecamatan Cigasong mengatakan, karena banyak siswa dan orang tua yang menolak untuk berangkat ke Bali, akhirnya para orang tua dipanggil satu per satu ke sekolah hingga berulang kali dan menekankan untuk ikut dengan alasan wajib. Pasalnya pihak sekolah disebut telah membayar DP hotel serta travel.

“Biayanya Rp1.600.000 per orang. Tapi kan bagi saya uang sebesar itu tidak dimiliki, kalau saja ada uang, mending buat beli beras, ongkos sekolah anak tiap hari, serta cadangan untuk membayar listrik tiap bulan. Anak disekolahkan ke SMA karena katanya gratis, kalau harus membayar, tentu tidak akan sekolah, lebih diarahan untuk mencari pekerjaan,” ujar salah seorang orang tua murid yang bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Dia mengaku sudah dua kali dipanggil pihak guru ke sekolah hingga guru tersebut mengancam untuk memindahkan (dana) PIP (Program Indonesia Pintar) yang dimilikinya yang sudah sejak SD diterima. Selain itu, jika tidak pergi ke Bali, maka siswa tidak akan diberikan nilai dan harus melakukan kunjungan ke sejumlah perguruan tinggi di Bandung, Ciamis, dan Jakarta tanpa didampingi guru serta biaya yang dikeluarkan harus sama dengan biaya ke Bali.

Baca Juga: Geger! Study Tour ke Bali, Siswa SMP Asal Sleman Kesurupan Massal

“Guru tersebut menanyakan uang PIP dan meminta agar uang PIP dipergunakan untuk piknik ke Bali, ketika diutarakan bahwa uang tersebut telah dipergunakan untuk pembelian seragam sekolah dan tas, gurunya malah menyebut bahwa seragam bukan kepentingan sekolah, melainkan kepentingan pribadi. Padahal sejak SD hingga SMP dan SMA, uang tersebut dipergunakan untuk membeli buku, seragam, dan sepatu anak agar tidak terlalu menjadi beban,” katanya lagi.

Orang tua siswa lainnya mengatakan hal senada, dia sudah dua kali dipanggil ke sekolah dan ditanya alasan ketidakikutsertaannya ke Bali. Ketika dijawab karena tidak ada biaya, guru disebut memaksa agar uang tabungan dipergunakan untuk daftar, padahal uang itu jauh dari mencukupi.

“Sekolah menekan, hingga tidak diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban, padahal dari mana untuk menambah biaya? Uang tabungan juga sedikit untuk keperluan sekolah lainnya,” tuturnya.

Menurut mereka, semua orang tua yang semula menolak anaknya untuk pergi ke Bali, satu per satu dipanggil ke sekolah. Walaupun orang tua datang bersamaan, namun ketika dipanggil ke ruangan guru, (mereka) tidak diperbolehkan bersama-sama, yang lain harus menunggu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat