kievskiy.org

Kondisi Palestina Terkini: 40 Pasien Tewas di RS Al-Shifa karena Kurangnya Pasokan Listrik

Petugas medis berusaha menyelamatkan bayi Palestina Mosab Sobieh, yang berusia kurang dari satu tahun dan terluka dalam serangan Israel di rumah mereka, di Rumah Sakit Indonesia yang kehabisan bahan bakar dan listrik, di Jalur Gaza utara.
Petugas medis berusaha menyelamatkan bayi Palestina Mosab Sobieh, yang berusia kurang dari satu tahun dan terluka dalam serangan Israel di rumah mereka, di Rumah Sakit Indonesia yang kehabisan bahan bakar dan listrik, di Jalur Gaza utara. /Reuters/Anas al-Shareef

PIKIRAN RAKYAT - Pasukan penjajah menggerebek Rumah Sakit Al-Shifa pada Jumat, 17 November 2023. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, 40 pasien tewas sejak 11 November 2023, termasuk di antaranya empat bayi prematur lantaran kurangnya pasokan listrik.

Selain itu, berdasarkan kabar terbaru dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA), serangan udara tengah malam di kawasan Nuseirat, Gaza tengah, telah menewaskan 20 orang. Serangan itu juga mengakibatkan sekira 140 orang terjebak di bawah reruntuhan.

"Pada 17 November, pihak berwenang Israel memberi tahu UNRWA bahwa mulai 18 November mereka akan mengizinkan masuknya 60.000 liter bahan bakar harian dari Mesir ke Gaza. Jumlah ini setara dengan 37 persen bahan bakar yang dibutuhkan badan tersebut untuk mendukung operasi kemanusiaan, termasuk distribusi makanan, dan pengoperasian generator di rumah sakit serta fasilitas air dan sanitasi," demikian laporan UNOCHA melalui situs webnya.

Bukan empati

Asisten profesor di King's College London Andreas Krieg berujar, keputusan penjajah mengizinkan bahan bakar yang cukup agar sistem air dan saluran pembuangan di Gaza bisa terus berfungsi bukan merupakan tindakan empati. Menurutnya, sudah melihat pernyataan-pernyataan dari pemerintahan sayap kanan dan menteri-menteri kabinet penjajah.

"Pada dasarnya mengatakan tidak ada yang boleh diberikan kepada penduduk Gaza karena semua orang dihukum secara kolektif atas apa yang dilakukan Hamas," ucapnya, Jumat.

Menurutnya, penjajah tahu komunitas internasional khususnya sekutu penjajah semakin gelisah atas apa yang telah dilakukan Israel. "Terutama pemerintahan Biden yang ingin melihat hal ini segera berakhir."

Berkurangnya bantuan kemanusiaan yang masuk dan seluruh infrastruktur hancur bisa membuat publik melihat lebih banyak kematian karena penderitaan kemanusiaan. Aksi massa di pelbagai ibu kota negara-negara Barat yang meneriakkan agar segera gencatan senjata dan mengutuk penjajah bisa memberikan tekanan yang sangat besar kepada pemimpin politik sehingga pembantaian harus diakhiri.

"Selama enam minggu terakhir, saya sangat terkejut melihat betapa sedikitnya komunitas internasional yang benar-benar menunjukkan empati terhadap penderitaan masyarakat, dan pembantaian yang terjadi di Gaza," kata dia, seperti dilaporkan Al Jazeera.

Dia mengungkapkan, masyarakat menjadi sasaran peluru, persenjataan dan pada saat yang sama kehilangan kebutuhan dasar mereka. Andreas juga mengungkapkan, lahan tempat tinggal bangsa Palestina menjadi tidak layak huni.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat