kievskiy.org

Permasalahan Garuda, Haruskah Utang BUMN Jadi Utang Negara?

Pesawat Garuda Indonesia.
Pesawat Garuda Indonesia. /Pixabay/Fariz Priandana Pixabay/Fariz Priandana

 

PIKIRAN RAKYAT - Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kini santer dibicarakan dalam berbagai diskusi publik adalah maskapai plat merah, Garuda Indonesia. Seakan permasalahan Garuda tak kunjung selesai seperti penyelundupan sepeda Brompton dan onderdil Harley-Davidson oleh Mantan Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, pada 2020.

Kini berlanjut kepada pengunduran diri dua komisaris yaitu, Peter F. Gontha dan Yenny Wahid.

Uniknya masing-masing dari mereka mengemukakan alasan pemberhentian yang relatif senada meski dengan narasi yang berbeda.

Dimulai dari Yenny Wahid yang mengemukakan alasan pengunduran dirinya dari masakapai garuda mengingat kondisi demikian merupakan residu dari performa Garuda pada masa lalu yang kurang baik.

Baca Juga: Ironi Indonesia Hari Ini: Rakyat Semakin Miskin, Pejabat Semakin Kaya

Lebih lanjut, Yenny menuturkan kondisi Garuda dengan menjelaskan skema oprasional dalam Garuda Indonesia yang dapat mencapai US $150 juta sedangkan pendapatan dari oprasional tersebut hanya mencapai US $50 juta, artinya dalam sebulan Garuda dipastikan dapat mengalami kerugian hingga US $100 juta atau sekira Rp1,4 triliun.

Oleh karena itu, pengunduran dirinya sebagai komisaris independent setidaknya dapat membantu perusahaan dalam mengurangi biaya sehingga secara finansial lebih efisien.

Berlanjut kepada komisaris kedua yang mengundurkan diri, Peter F. Gontha, yang menyatakan bahwa posisinya sebagai Komisaris Garuda "tidak ada peran" dan "sudah tidak ada gunanya lagi berada pada posisi tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat