PIKIRAN RAKYAT - Kekayaan alam Indonesia, baik yang berada di atas tanah maupun kandungan di perut bumi serta yang tersimpan di lautan yang sangat luas, sudah dikenal sejak lama. Kita pun senang membanggakannya.
Akan tetapi, sejarah mencatat, yang mampu melakukan eksplorasi terhadapnya adalah bangsa lain. VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) merupakan bukti yang paling fenomenal.
Awalnya didirikan sebagai kongsi dagang yang dibentuk oleh sekelompok petualang Belanda di Batavia, persekutuan yang oleh kalangan pribumi disebut Kumpeni ini, berkembang menjadi kelompok yang sangat kaya. Sementara penduduk pribumi tetap miskin.
Awalnya yang diandalkan mereka adalah rempah-rempah. Ingatan ke arah itu muncul kembali sehubungan belakangan ini Indonesia membiayai pembangunan dengan utang yang besarnya terus menggunung.
Baca Juga: Juliari Batubara Maling Bansos Dieksekusi ke Lapas Tangerang: Dikurung 12 Tahun Penjara
Namanya utang, tentu ada pertaruhannya. Setelah lebih setengah abad menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat, kita masih belum mampu membiayai kebutuhan sendiri.
Pada masa-masa awal kemerdekaan, para pemimpin Indonesia menghadapi persoalan pelik, politik maupun ekonomi.
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik orang Belanda terbukti belum cukup ampuh sebagai sarana melakukan pembangunan secara nasional.
Hal yang terjadi justru penyalahgunaan wewenang. Benih-benih pencurian uang rakyat tumbuh di berbagai bidang.