kievskiy.org

Gamelan Dijadikan Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, Masalah Tak Lantas Selesai

Warga menyaksikan pementasan gamelan di kawasan wisata di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu 21 November 2021.
Warga menyaksikan pementasan gamelan di kawasan wisata di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, Minggu 21 November 2021. /Antara/Didik Suhartono

PIKIRAN RAKYAT - Semua merasa gembira setelah UNESCO mengakui gamelan sebagai warisan budaya tak benda.

Salah satu alasannya, gamelan merupakan sarana untuk membangun relasi manusia dan semesta.

Presiden Joko Widodo menjanjikan akan melestarikan gamelan lewat pendidikan formal dan nonformal. Mendikbudristek Nadiem Makarim juga bangga.

Apakah cukup sebatas itu? Apakah rasa gembira seperti itu juga dirasakan pelaku, termasuk pembuat dan pemain gamelan? Keraguan hampir selalu menyertai kegembiraan jika berurusan dengan sesuatu yang bersifat seremonial.

Baca Juga: Jakarta Dipilih UNESCO sebagai Kota Sastra Dunia, Jadi Satu-satunya Kota di Indonesia

Baca Juga: Emil Salim Sebut 4 Warisan UNESCO di Indonesia Sudah Banyak 'Dimanfaatkan': Siapa Bertanggung Jawab?

Pertanyaan yang segera muncul adalah bagaimana dengan tindak lanjutnya. Selama pandemi Covid-19 misalnya, Saung Angklung Mang Udjo yang biasanya ramai harus merasakan sepi berkepanjangan.

Pengelola berkeluh kesah, padahal oleh UNESCO, angklung sudah dinyatakan sebagai warisan tak benda.

Jika kita berbicara tentang budaya Indonesia, ikon-ikonnya sebenarnya tidak susah dicari. Rujukannya adalah budaya etnis atau kita menyebutnya sebagai budaya daerah.

Setiap etnis memiliki penandanya masing-masing, ceritanya pun sudah cukup panjang. Penanda-penanda seperti itulah yang kemudian menjadi identitas pengenal dari keragaman kita sebagai bangsa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat