kievskiy.org

Memutus Rantai Penularan

ILUSTRASI COVID-19
ILUSTRASI COVID-19 //pixabay /pixabay

PERANG melawan wabah virus corona bukan hanya urusan medis, pertimbangan ekonomi, atau keamanan semata. Banyak variabel budaya yang harus dipertimbangkan, sehingga langkah yang diambil pemerintah mendapat dukungan sepenuhnya dari warga.

Kebijakan tetap di rumah semula hanya berdimensi ekonomi. Karena itu, pemerintah pun turun dengan berbagai program kompensasi atau pemberian bantuan. Sayangnya, ketika bantuan sudah diterima, banyak warga tetap keluar rumah dengan dalih apa yang diterima tidak sepadan dengan apa yang mereka butuhkan. Bantuan sebagai jaring pengaman tidak dibaca dari perspektif krisis, sehingga maknanya tidak dalam “menyelamatkan hidup dalam situasi sulit”, melainkan ditafsir menurut kamus kepuasan. 

Baca Juga: Unpad Kembangkan Media Audio Visual untuk Kurangi Stres Akibat Corona

Sampai kapan pun, bahkan dalam keadaan paling normal sekalipun, “kemampuan” pemerintah tidak akan pernah sepadan dengan “kemauan” warganya. Karena itu, bantuan yang diberikan pemerintah tidak tepat diukur menurut kadar kemauan penerima. Sebelum dipenuhi tanah, kemauan manusia tidak akan pernah terpuaskan.

Faktor lain yang mendapat hadangan kuat adalah pembatasan sosial. Sejumlah larangan sudah diberlakukan, namun penolakan tetap berjalan. Hingga hari ketiga pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) misalnya, jalan-jalan di Jakarta masih ramai.

Baca Juga: PRAKIRAAN CUACA HARI INI: 14 April 2020, Hujan Lokal akan Guyur Bandung Raya di Siang Hari

Larangan angkutan daring membawa penumpang pun banyak dikeluhkan pengendara. Keluhan ini membuat pemerintah melunak. 

Kalau saja sopir angkutan umum ditanya apakah mereka setuju atas kebijakan pembatasan jumlah penumpang, sikap mereka pun tak akan jauh beda. Jawaban yang sama akan didapat ketika pemilik toko, kedai kopi, atau penjaja makanan ditanya. Jadi, tidak mungkin menuruti semua kemauan, sebab substansi pembatasan sejatinya adalah “mengurangi keleluasaan”.

Hadangan budaya paling kuat muncul manakala pemerintah melarang pulang kampung atau mudik. Ini bukan perkara aneh, karena orang-orang yang selama ini menggerakkan denyut nadi kehidupan kota umumnya berasal dari daerah-daerah.

Baca Juga: Lingkungan Kumuh Pemicu Meningkatnya Kasus Corona di Inggris

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat