kievskiy.org

Multimakna Mudik: Berjemaah hingga Persaudaraan

Pemudik meelambaikan tangan saat keberangkatan  kegiatan mudik gratis di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (17/4/2023). Kegiatan mudik gratis yang diselenggarakan oleh Polres Bogor dengan tujuan sejumlah kota  di Jawa Tengah serta diikuti sekitar 600 pemudik itu untuk membantu warga kurang mampu yang ingin berlebaran di kampung halaman. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Pemudik meelambaikan tangan saat keberangkatan kegiatan mudik gratis di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (17/4/2023). Kegiatan mudik gratis yang diselenggarakan oleh Polres Bogor dengan tujuan sejumlah kota di Jawa Tengah serta diikuti sekitar 600 pemudik itu untuk membantu warga kurang mampu yang ingin berlebaran di kampung halaman. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww. /ANTARA/YULIUS SATRIA WIJAYA

PIKIRAN RAKYAT - Bertahun-tahun lamanya Nabi Adam AS berpisah dengan istrinya tercinta, Siti Hawa. Mereka berdua terusir dari surga tempat awal kehidupannya yang penuh kerukunan dan kedamaian setelah melanggar ketentuan Allah.

Rasa sedih gundah gulana menemani hari-hari mereka berdua yang saling mencari dan merindukan pertemuan. Setelah sekian lama hidup terpisah dan saling mencari, akhirnya Allah mempertemukan mereka di suatu bukit yang kini terkenal dengan nama ‘Arafah. Mereka berdua merasakan kebahagiaan setelah pertemuan tersebut. Mereka “mudik” hidup bersama lagi.

Lain lagi kisah, seorang sahabat datang kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami makan dan tidak merasa kenyang?” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Kemungkinan kalian makan sendiri-sendiri.” Mereka menjawab, “Ya, betul sekali.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian makan secara berjemaah, dan sebutlah nama Allah, maka kalian akan diberi berkah.” (H. R. Abu Daud, Sunan Abu Daud, Juz III, Bab fi al Ijtima’ ‘Ala al Tha’am, hadits nomor 3764).

Baca Juga: Selama Mudik 2023, Perputaran Uang Pemudik Diprediksi Tembus Rp 92 Triliun

Kata kunci dari dua kisah tersebut adalah berjemaah atau bersatu merupakan bagian dari sumber kebahagiaan, dan dalam berjemaah terdapat berkah. Salah satu berkah yang yang didapat adalah interaksi sosial, saling sapa. Berkah lainnya, rasa bahagia yang didapat akan semakin meningkatkan emosi positif. Salah satu emosi positif adalah tumbuhnya rasa kebersamaan dan persaudaraan. Para ahli menyebutkan, kebersamaan yang penuh persaudaraan akan menjadi obat sosial yang ampuh, dapat menjaga ketenangan jiwa dan kesehatan otak.

John B. Arden dalam karyanya "Rewire Your Brain, Think Your Way to A Better Life (2010)", memaparkan bahwa obat sosial (social medicine) adalah perbuatan baik dalam kehidupan bermasyarakat, mengikat tali persaudaraan, mengurangi sikap saling menjelekkan, menjauhi permusuhan. Selain itu, dapat meningkatkan kesehatan otak, juga menjadikan hati semakin tenang dan tenteram dalam menjalani kehidupan, dan akan berujung pada kesehatan raga. Sebaliknya, mengisolasi diri dari lingkungan sosial akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan jiwa dan raga.

Jika kita memperhatikan lebih dalam lagi, inti dari ajaran Islam adalah memberi kedamaian kepada sesama dalam bingkai hidup rukun, saling menghormati, toleran, dan penuh persaudaraan. Kehidupan seperti ini disimbolkan dalam salat berjemaah. Dengan kata lain, salat berjemaah selain merupakan kewajiban, bisa jadi merupakan simbol atas prosesi mudik, kembali menjalani kehidupan dalam kebersamaan setelah berpencar menyibukkan diri dengan beragam aktivitas.

Baca Juga: Budaya Mudik: Antisipasi Kemacetan hingga Naiknya Harga Tiket

Kiranya ruh berjemaah dan persaudaraan merupakan landasan filosofis prosesi tradisi mudik tahunan. Kini seiring meredupnya keganasan pandemi Covid-19 sekitar 123,8 juta orang akan bergerak melakukan prosesi tradisi mudik ke daerah tujuan masing-masing. Kita berharap, prosesi tradisi mudik ini benar-benar menjadi prosesi pengikat tali silaturahmi, tidak menjadi ajang flexing dan lookism, yakni para pemudik hanya ingin menjadi pusat perhatian, pujaan, dan pujian khalayak, sebab hal ini dapat menumbuhkan kehidupan saling iri antarsesama. Kalaupun para pemudik memperlihatkan keberhasilan, sejatinya harus dapat menumbuhkan motivasi bagi orang-orang sekitarnya untuk mencontoh keberhasilannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat