kievskiy.org

Film Hamka dan Siti Raham: Cermin Fitnah dan Kekejian dalam Berdemokrasi

Film Buya Hamka.
Film Buya Hamka. /Dok. Falcon

PIKIRAN RAKYAT - Bertepatan dengan perayaan Natal, saya bersama keluarga berkesempatan untuk menyaksikan film Buya Hamka yang sangat luar biasa dari perspektif perjuangan menegakkan kebenaran, mempertahankan NKRI, konsistensi dalam berdakwah, dan tentu kesetiaan dan motivasi seorang istri.

Film ini layak untuk dilihat para pejuang dakwah, keluarga dan anak-anak kita dalam mengedukasi, bahwa hidup tidak selamanya berjalan mulus dan ‘datar’, kata Zakiyah Daradjat ‘surga berpagar duri’, apalagi dalam menegakkan kebenaran dan dakwah. Kadang harus berhadapan dengan saudara, teman dekat dan fitnah yang kadang berujung pada ‘penderitaan’.

Hamka harus berhadapan dengan Pemerintahan Soekarno yang notabenenya kawan sendiri dalam perjuangan, tapi dipenjara, diintimidasi, disiksa dengan alasan yang tidak jelas, subversive tindakan makar terhadap negara yang tidak pernah terbukti.

Kesetiaan Istri di Balik Perjuangan Buya

Film ini mengungkap konflik yang harus dilalui Buya Hamka ketika berjuang mempersatukan para ulama dengan pihak militer Indonesia di Sumatra Utara, dan kesetiaan sang istri Siti Raham dalam menemani perjuangannya.

Perjuangan Siti Raham yang senantiasa mendukung Buya Hamka ketika memperjuangkan kemerdekaan dan dakwah. Bahkan, saat Hamka merasa putus asa karena mendekam di penjara, Siti Raham terus mendukungnya dengan ikhlas.

Sesaat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, muncul ancaman agresi kedua dari pihak Sekutu. Hamka memutuskan berkeliling Medan untuk menyebarkan pentingnya persatuan antara tokoh agama dan tentara militer Indonesia agar tidak terpecah belah.

Hingga akhirnya, Hamka tertembak. Beruntungnya ia dapat selamat dan berkat pengabdiannya, ia berpindah ke Jakarta dan mendirikan Al-Azhar. Namun, adanya fitnah perihal dirinya terlibat dalam pemberontakan melawan Soekarno membuat ia berakhir ditangkap dan disiksa agar menandatangani surat pengakuan.

Selama di penjara, Hamka bertahan dan pengalamannya membawanya menulis salah satu buku paling berpengaruh dalam pendidikan Islam, yaitu Ilmu Tafsir, Al-Azhar. Di samping itu, Siti Raham tidak dapat membiarkan kesedihannya menguasai batinnya, ia menyembunyikan rasa lukanya agar dapat membangkitkan semangat hidup Hamka.

Pada dasarnya, tidak ada manusia yang sempurna. Begitupula dengan Buya Hamka. Dia pun rapuh ketika harus berhadapan dengan fitnah keji yang bertubi-tubi mendatanginya. Namun, hanya cinta yang dapat menguatkan dirinya pada akhirnya. Cintanya terhadap Raham. Cintanya terhadap agama.

Film ini dibintangi oleh Vino G. Bastian sebagai Buya Hamka, Laudya Cynthia Bella sebagai Siti Raham, Anjasmara sebagai Soekarno, Marthino Lio sebagai Amir, Bima Azriel sebagai Rusydi kecil, Yoga Pratama sebagai Zaki Hamka, Roy Sungkono sebagai Rusydi Hamka, Ajil Ditto sebagai Fahri, Resha Putri sebagai Farida, dan Quinsha Malaika sebagai Azizah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat