kievskiy.org

Busana sebagai Medium Komunikasi Politik di Pilpres 2024, Ada Makna di Balik Kemeja Biru dan Jas Hitam

Ketiga paslon capres dan cawapres di Pemilu 2024.
Ketiga paslon capres dan cawapres di Pemilu 2024. /Antara/Galih Pradipta Antara/Galih Pradipta

PIKIRAN RAKYAT - Debat Calon Presiden (Capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, bukan hanya menjadi ajang untuk berpresentasi gagasan dan argumen di antara tiga pasangan calon, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Debat tersebut juga mencerminkan pertarungan dalam hal gaya dan penampilan para calon. Busana yang dipilih oleh para capres dan cawapres tak hanya berfungsi sebagai busana pelindung tubuh, tetapi juga menjadi simbol yang mengomunikasikan pesan politik khusus kepada masyarakat. Melalui penerapan teori Komunikasi Visual dan Semiotika, kita dapat mengungkap makna yang terkandung dalam pilihan busana para calon.

Busana sebagai medium pesan

Dalam konteks Debat Capres 2024, busana yang dipilih oleh para capres dan cawapres dapat dianggap sebagai tanda yang memiliki signifier dan signified. Signifier adalah busana itu sendiri, termasuk warna, bentuk, bahan, dan aksesori. Signified adalah pesan politik yang ingin disampaikan oleh para capres dan cawapres melalui busana mereka, dapat berupa identitas, visi, misi, program, sikap, atau nilai-nilai yang ingin ditekankan. Berikut adalah analisis singkat tentang busana para capres dan cawapres berdasarkan teori Semiotika:

  • Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: Pasangan nomor urut satu menunjukkan konsistensi dalam memilih setelan formal sejak debat pertama hingga ketiga, dengan mengenakan jas hitam yang dipadukan dengan kemeja putih. Pada sudut jas sebelah kiri, terdapat tulisan AMIN, singkatan dari Anies-Muhaimin. Penampilan formal ini dapat diartikan sebagai tanda yang menyampaikan pesan politik bahwa Anies-Muhaimin adalah pasangan yang serius, profesional, dan berpengalaman dalam bidang pemerintahan.

  • Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: Pasangan nomor urut dua tetap konsisten menggunakan kemeja biru muda dengan celana hitam, menjadi ciri khas mereka. Gibran Rakabuming menambahkan jaket biru dongker pada penampilannya. Busana ini dapat diartikan sebagai tanda yang menyampaikan pesan politik bahwa Prabowo-Gibran adalah pasangan yang santai, dinamis, dan berjiwa muda.

  • Ganjar Pranowo-Mahfud MD: Pasangan nomor urut tiga mencuri perhatian dengan busana unik dan berbeda. Ganjar-Mahfud mengenakan kemeja putih yang dipadukan dengan jaket bomber berwarna army, menciptakan penampilan ala film "Top Gun". Patch di jaket bomber menggambarkan program unggulan dari Ganjar-Mahfud. Busana ini dapat diartikan sebagai tanda yang menyampaikan pesan politik bahwa Ganjar-Mahfud adalah pasangan yang berani, inovatif, dan kreatif dalam menawarkan solusi-solusi baru untuk Indonesia.

Gaya busana para eks presiden

1. Soekarno: karisma dan otoritas

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dikenal sebagai sosok karismatik, berwibawa, dan berani. Gaya berpakaian ikoniknya mencakup jas dengan tanda kepangkatan, simbol militer, peci, dan tongkat. Melalui pakaian ini, Soekarno menyampaikan pesan politik bahwa ia adalah pemimpin yang memiliki otoritas, kekuasaan, dan kewibawaan tinggi. Tidak pernah mengenakan baju adat atau daerah, Soekarno menegaskan bahwa ia adalah presiden untuk seluruh rakyat Indonesia, tanpa memihak pada satu daerah tertentu.

2. Soeharto: kesederhanaan dan nasionalisme

Presiden kedua Indonesia, Soeharto, memerintah selama 32 tahun. Gaya berpakaian yang sering dikenakannya adalah kemeja batik atau safari, mencerminkan kesederhanaan, nasionalisme, dan pragmatisme. Bahkan saat beraktivitas di luar acara formal, Soeharto sering terlihat mengenakan kaus polo, menunjukkan sisi santai dan kegemarannya pada olahraga.

3. BJ Habibie: cerdas dan profesional

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat