kievskiy.org

Tak Ada Proses Pendidikan Politik di Indonesia: Pemerintahan Begitu-begitu Saja

Ilustrasi pemilu 2024.
Ilustrasi pemilu 2024. /Antara/Arnas Padda

PIKIRAN RAKYAT - Pemilih yang masih ragu jumlahnya diprediksi terus meningkat. Diduga, sekitar 60% dari mereka merupakan pemilih generasi muda yang mencakup 3 kategori, yakni generasi Z (kelahiran 1997-2009), generasi milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi X (kelahiran 1965-1980). 

Kepala Bagian Humas dan Informasi KPU Reni Rinjani Pratiwi menyebut generasi Z jumlahnya 46.800.161 jiwa atau 22,85%, generasi milenial jumlahnya 68.822.389 jiwa atau 33,60% dan generasi X sebanyak 57.486.482 jiwa atau 28,07%. 

Soal alasan mereka ragu dapat diduga karena tidak mudah membedakan garis politik PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat, PKB dan Nasdem, sementara parpol-parpol itulah yang menjadi pendukung utama capres/cawapres saat ini.

Tumpang tindihnya garis politik parpol menimbulkan dugaan menjadi salah satu sebab mengapa di negeri ini bisa dikatakan tidak ada proses pendidikan politik. Yang dimaksud dengan pendidikan politik di sini bukan pendidikan di sekolah melainkan kerja nyata di masyarakat. 

Baca Juga: Imigran Digital dan Cermin Kehidupan Multietnis di Paris

Terminologi politik yang sering kita dengar sebatas koalisi dan oposisi. Itu pun pengertiannya terus mengabur. Bisa dikatakan praktik politik lebih bertumpu pada pragmatisme.

Melihat kemungkinan besarnya jumlah pemilih yang masih ragu, sementara hari pencoblosan sudah bertambah dekat, terbuka berbagai kemungkinan. Salah satunya adalah kemungkinan yang paling buruk, di mana para pemilih tidak menggunakan hak pilihnya. 

Mereka bisa jadi tidak datang ke bilik suara atau memberikan pilihan yang nantinya akan dikategorikan sebagai suara yang tidak sah.

Besar kecilnya jumlah pemilih yang datang ke bilik suara menjadi salah satu yang menjadi tolok ukur kredibilitas pemilu. Demikian juga dengan perbandingan antara suara yang sah dan tidak sah. 

Dalam praktiknya tidak sesederhana itu, karena erat kaitannya dengan kesadaran untuk memilih. Kesadaran seperti itu justru yang harus dibangun dalam proses panjang lewat pendidikan politik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat