kievskiy.org

Dinamika Debat Capres 2024: Antara Kritikan Tajam dan Borok Kegagalan Pemerintah

Ilustrasi presiden dan menteri.
Ilustrasi presiden dan menteri. /Pixabay/svklimkin

PIKIRAN RAKYAT - Debat capres/cawapres sudah berlangsung empat kali. Sebelum hari pencoblosan, masih tersisa satu kali lagi debat capres. Setelah berlangsung empat kali, apakah kita sudah memiliki gambaran yang lebih jelas tentang siapa yang akan kita pilih nanti? Yang pasti, debat yang sudah berlangsung tersebut mendapat perhatian luas, baik dari publik maupun media. Timbul berbagai komentar pujian, kritikan bahkan juga cacian, yang merupakan nilai positif dalam proses kebebasan berpendapat.

Ketiga pasang capres/cawapres memiliki pengalaman sebagai penyelenggara pemerintahan. Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto, dan Mahfud MD menjadi anggota kabinet sementara Ganjar Pranowo dan Gibran Rakabuming Raka menjadi kepala daerah. Latar belakang seperti itu tentu merupakan pengalaman yang berharga bagi masing-masing.

Salah satu yang tidak tampak dari mereka adalah keteladanan. Tanpa banyak cakap rakyat langsung menangkap pesannya.

Di media sosial misalnya, sedang viral Presiden Argentina Javier Milei yang berangkat ke pertemuan The World Economic Fund Summit di Davos Swiss dengan menggunakan pesawat komersial. Menurut dia dengan cara itu negara bisa menghemat Rp6,1 miliar. Sementara di negara ini pejabat justru pamer kemewahan.

Masalah yang memengaruhi kebijakan pemerintah

Paling tidak ada empat masalah yang diperkirakan akan memengaruhi kebijakan pemerintah di masa depan, yakni sumber daya alam, kebutuhan pangan, energi fosil, dan reformasi ASN. Keempat bidang inilah yang sangat sering menimbulkan silang pendapat, termasuk kritikan tajam yang dialamatkan kepada pengelola pemerintahan. Wajar kalau publik menunggu pendekatan yang berbeda.

Sumber daya alam (SDA) bisa dikatakan menjadi andalan utama kebijakan pemerintah. Kekayaan yang melimpah membuka peluang yang sangat menarik sehingga ketika pemerintahan Orde Baru melakukan kebijakan open policy berbagai program dapat dilaksanakan dan berhasil.

Berbagai fasilitas publik dibangun di seluruh tanah air sehingga rakyat menikmati manfaatnya. Setelah berlangsung selama puluhan tahun, muncul pertanyaan yang sangat menantang, bagaimana jika SDA tersebut habis?

Pertanyaan serupa juga dialamatkan kepada pemanfaatan energi fosil. Ketika harga minyak di pasar internasional melonjak secara mendadak kita sempat merasa kaya. Batu bara juga menjadi pertaruhan, belakangan potensi nikel pun mulai dimanfaatkan.

Protes pertama-tama datang dari masyarakat. Kondisi yang cukup ironis misalnya terjadi di Kalimantan, batu bara sangat melimpah tapi menimbulkan ketimpangan terhadap masyarakatnya sendiri. Demikian yang terjadi di Papua, kemungkinan seperti itu pula yang akan terjadi di berbagai tempat lainnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat