kievskiy.org

Kunci Kesuksesan Tim Kerja yang Heterogen

Ilustrasi pekerjaan.
Ilustrasi pekerjaan. /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Cerita sekelompok dokter yang hebat waktu bekerja di rumah sakit orang, namun gagal ketika mendirikan rumah sakit sendiri ternyata terbukti secara ilmiah.

Beberapa studi ilmiah yang dipublikasikan Harvard Business Review (Diverse Teams Feel Less Comfortable — and That’s Why They Perform Better: 2016) membuktikan bahwa tim yang heterogen lebih bagus kinerjanya ketimbang yang homogen. Masuk dalam kategori heteroginitas antara lain gender, latar belakang, tingkat pendidikan, atau RAS.

Analisis terhadap 506 perusahaan pada 2009 menunjukkan bahwa perusahaan yang suku dan gendernya lebih heterogen ternyata pendapatan dan keuntunganya lebih besar.

Pada 2011, studi terhadap tim yang latar belakang pendidikannya heterogen ternyata lebih inovatif. Tahun 2016, analisis terhadap 20.000 perusahaan di 91 negara menunjukkan bahwa perusahaan yang level eksekutifnya diisi oleh banyak kaum hawa ternyata lebih banyak untungnya.

Pengelolaan keberagaman jadi kunci

Tim kerja/organisai yang kecenderungannya lebih ke homogen memang enak di awal dan lebih kecil tekanannya, tetapi kinerjanya sering kalah dan kurang lincah. Mereka cenderung punya kesamaan dalam melihat masalah dan solusinya. Sebaliknya, tim yang diisi oleh keragaman manusia memang lebih kuat tekanannya tapi soal kinerjanya seringkali lebih unggul dan terkelola dengan lebih baik.

Meski demikian, kunci penentunya bukan pada heteroginitas atau keragaman. Kunci suksesnya terletak bagaimana keragaman dipahami dan bagaimana keragaman dikelola.

Pengelolaan keragamaan yang bagus biasanya fokus pada kontribusi individu sesuai kapasitasnya, aturan karja yang jelas, target hasil yang diperjuangkan bersama, dan tujuan bersama yang menjadi pusat perhatian.

Keragaman malah akan menjadi petaka besar apabila sistem manajemennya tidak jelas. Masing-masing orang akan membawa masa lalunya yang dipaksakan ke keadaan yang sekarang. Akhirnya, terjadilah korsleting. Masa lalu mestinya harus ditaruh di belakang (di punggung). Selain itu, potensi konflik yang merusak juga tinggi.

Manajemen hati

Tak hanya manajemen kerja, ternyata hasil riset dan pengalaman sama-sama menekankan pentingnya manajemen hati. Hal ini akan berdampak pada nilai-nilai yang dianut bersama tentang bagaimana tim memahami keragaman, mengatasi konflik, dan mengelola emosi.

Untuk manajemen hati ini, Rasulullah SAW memberi arahan yang disebut sebagai “makhmumul qulub”. Para sahabat yang menyimak saat itu juga belum tahu apa maksudnya. Tapi kemudian Rasulullah SAW menjelaskan bahwa istilah itu merujuk pada pengertian: hati yang dipenuhi takwa dan yang bersih dari noda dosa, iri dengki, kebencian, dan kedzaliman.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat