kievskiy.org

AI bagi Media Massa, Ancaman atau Kesempatan Baru?

Ilustrasi kecerdasan buatan.
Ilustrasi kecerdasan buatan. /Pexels/CottonbroStudio

PIKIRAN RAKYAT - Pers nasional telah memperingati hari jadinya yang ke-78. Pada usia yang tidak bisa dibilang muda lagi ini, pers dan media massa menghadapi tantangan yang luar biasa karena perkembangan teknologi informasi. Kita menyaksikan satu per satu media cetak tutup. Ada yang beralih ke media online tapi ada juga yang tutup selamanya. Namun, pada waktu bersamaan, media online baru pun tumbuh dan berkembang. Jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan.

Pertumbuhan ini didukung oleh peluang dan kesempatan untuk membuat media berjejaring (networking) yang menyebabkan pembentukan media online menjadi jauh lebih mudah dengan jangkauan yang semakin lokal. Hal ini menandakan bahwa jurnalisme tidak akan sirna. Yang berubah adalah medium untuk menyampaikannya.

Namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa media massa baik-baik saja. Salah satu yang menjadi tantangan media massa dan industrinya adalah kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Kehadiran AI telah mengubah banyak hal di dunia media dan jurnalistik.

Dalam diskusi forum media bertajuk ‘AI dan Keberlanjutan Media' yang digelar pada 29 Januari 2024 dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) terungkap bahwa ruang redaksi sudah banyak berubah sejak kehadiran AI. Dari sisi efektivitas pekerjaan dan waktu pengerjaan, kehadiran AI diakui memudahkan kinerja redaksi. Namun para pengelola media yang menjadi pembicara dalam acara ini juga sepakat bahwa kehadiran AI dan pengaruhnya perlu diatur secara menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah. Dalam pandangan penulis, pengaturan ini hendaknya tidak semata dikaitkan dengan adanya ancaman teknologi AI tersebut.

Persaingan media massa

Harus kita akui bahwa hingga kini, masih ada sebagian kalangan yang mempersoalkan, apakah AI menjadi ancaman atau peluang bagi dunia jurnalisme. Perdebatan tersebut seharusnya sudah bisa dihentikan karena faktanya, teknologi tersebut, mau tidak mau, diakui atau tidak diakui, telah ada dan hadir. Jika kita terus memperdebatkannya, kita tidak akan bergerak ke mana-mana. Ketimbang mempersoalkan peluang atau ancaman dari kehadiran AI, mengapa para awak media tidak mempelajarinya dengan seksama untuk meningkatkan kualitas informasi yang diproduksi dan didistribusikan?

Pasalnya, persaingan media massa saat ini tidak hanya dengan sesama media massa tetapi lebih jauh lagi. Media massa bersaing dengan media sosial yang memberikan kemudahan bagi warga untuk memproduksi dan menyebarkan informasinya sendiri. Meskipun, jika kita menilik praktik yang selama ini dilakukan oleh warga dengan kegiatan citizen journalism, sebenarnya media massa tidak perlu merasa tersaingi atau terancam. Hal ini dikarenakan sebagian besar praktik citizen journalism masih terbilang amatir. Mereka belum menerapkan prinsip utama dalam jurnalisme yaitu verifikasi atau check and re-check.

Sejauh ini, praktik yang dilakukan para jurnalis warga atau citizen journalist adalah menemukan atau mendapatkan informasi yang terjadi secara real time lalu kemudian disebarkan seketika itu juga. Apakah praktik ini keliru? Jawabannya, tergantung dari sisi kita melihatnya.

Dari aspek kecepatan, penyebaran informasi ini sangat penting karena peristiwa yang terjadi bisa segera dipublikasikan. Namun dari segi akurasi, para penerima informasi tersebut belum bisa memastikan kebenaran informasinya. Hal ini dikarenakan belum diterapkannya prinsip verifikasi oleh para citizen journalist tersebut.

Peran media massa

Ilustrasi media massa.
Ilustrasi media massa.

Di sinilah, peran media massa arus utama (mainstream media) menjadi penting karena mereka melakukan pengecekan secara berlapis untuk memastikan validitas informasi yang akan disebarkan. Pasalnya, informasi yang keliru dan menyebar, bisa membahayakan masyarakat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat